Veritas

Pemadaman Listrik di Iran Picu Demonstrasi Jalanan

Kurangnya daya listrik membuat pemadaman menjadi hal yang makin biasa di Iran, dan memicu protes di jalan-jalan. Kurangnya curah hujan dan penambangan cryptocurrency ilegal disebut-sebut menjadi penyebab kekurangan itu

JERNIH—Presiden Iran yang akan mengundurkan diri, Hassan Rouhani, Selasa lalu  meminta maaf kepada rakyat Iran atas pemadaman listrik besar-besaran yang terjadi di tengah gelombang panas, yang suhunya bisa mencapai 50 derajat Celsius di negeri itu.

Para pejabat telah menyalahkan pemadaman pada lonjakan permintaan listrik, bersama dengan curah hujan yang rendah yang memotong produksi pembangkit listrik tenaga air. Di tengah semua itu, ada pula penambangan cryptocurrency ilegal yang mengakses listrik bersubsidi.

Du beberapa wilayah, protes berubah menjadi sangat politis, manakala orang-orang meneriakkan ‘Matilah diktator’, yang ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei’. Semua dapat disaksikan tak hanya warga Iran, dari video-video yang diposting di media sosial.

Rouhani mengatakan: “Saya meminta maaf kepada orang-orang terkasih kami yang telah menghadapi masalah dan penderitaan dalam beberapa hari terakhir, dan saya mendesak mereka untuk bekerja sama (dengan membatasi penggunaan listrik).

“Orang-orang mengeluh tentang pemadaman listrik dan mereka benar..,”kata Rouhani. Ia menambahkan,”…Kementerian Energi tidak bersalah… tapi menteri harus datang dan menjelaskan kepada rakyat apa masalahnya, dan kita harus mencari solusi.”

Warga yang marah berkumpul di beberapa kota untuk memprotes pemadaman, yang seringkali tidak mengikuti jadwal pemadaman yang diumumkan oleh perusahaan listrik milik negara, menurut outlet berita Iran dan posting di media sosial.

Para pengunjuk rasa mengatakan, pemadaman listrik yang sering terjadi telah menyebabkan banyak masalah, termasuk pemadaman air di apartemen, pembusukan daging dan daging unggas, dan kerusakan peralatan rumah tangga.

Hal itu terjadi hanya beberapa jam setelah pengawas atom PBB mengumumkan bahwa Iran telah mulai memproduksi logam uranium yang diperkaya. Pihak berwenang di Teheran mengatakan kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa tujuan mereka adalah mengembangkan bahan bakar untuk penelitian reaktor nuklir. Namun pihak berwenang Inggris, Prancis, dan Jerman mengecam tindakan itu dan mengatakan tindakan itu mengancam pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang sebelumnya ditinggalkan.

“Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk R&D dan produksi logam uranium, yang merupakan langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir,” kata ketiga negara dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Kantor Luar Negeri Inggris.

Satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Iran, yang memasok sejumlah besar listrik negara itu, dihidupkan kembali awal pekan ini setelah ‘kesalahan teknis’ yang tidak dapat dijelaskan yang menyebabkan penutupan dua minggu. [Al-Bawaba]

Back to top button