Pemerintah Norwegia Tolak Rekomendasikan Vaksin COVID untuk Anak-anak
Pemerintah Norwegia menjelaskan, anak-anak dan remaja selama ini terbukti memiliki risiko yang sangat rendah terpapar dan menderita COVID-19 yang gawat. “Penyakit ini jarang menyebabkan anak dirawat di rumah sakit, dan rata-rata lama rawat inap hanya sehari. Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia memiliki alasan untuk percaya bahwa efektivitas vaksin terhadap penyakit simtomatik dengan varian Omicron jauh berkurang, dibandingkan dengan varian virus sebelumnya,” kata Kjerkol.
JERNIH– Pemerintah Norwegia, mengikuti saran Institut Kesehatan Masyarakat setempat, menyatakan mereka tidak merekomendasikan anak-anak berusia lima belas tahun ke bawah untuk divaksinasi. Norwegia mengambil pendekatan tersebut dengan mempertimbangkan kemaslahatan yang lebih besar, menurut Menteri Kesehatan dan Layanan Perawatan Norwegia, Ingvild Kjerkol.
Pemerintah Norwegia menjelaskan, anak-anak dan remaja selama ini terbukti memiliki risiko yang sangat rendah terpapar dan menderita COVID-19 yang gawat. “Penyakit ini jarang menyebabkan anak dirawat di rumah sakit, dan rata-rata lama rawat inap hanya sehari. Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia memiliki alasan untuk percaya bahwa efektivitas vaksin terhadap penyakit simtomatik dengan varian Omicron jauh berkurang, dibandingkan dengan varian virus sebelumnya,” kata Kjerkol.
Hal itu berkorelasi dengan data sains yang muncul di seluruh dunia. Misalnya, sebuah penelitian di Jerman menunjukkan bahwa tidak ada anak sehat berusia antara 5-11 tahun yang meninggal karena COVID. Para penulis menemukan bahwa untuk anak-anak, risiko kematian adalah tiga per 1.000.000, jika mereka tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Jonas F Ludvigsson, dokter anak di Örebro University Hospital dan profesor epidemiologi klinis di Karolinska Institute, menunjukkan hal yang sama di Swedia selama gelombang pertama tahun 2020.
Mengutip surat kabar Major Danish, pihak berwenang Norwegia juga menjelaskan, anak-anak dapat lebih terlindungi dari varian virus corona di masa depan jika mereka terinfeksi secara alami daripada divaksinasi. Ini juga kebetulan berkorelasi dengan sains dan merupakan penilaian berbasis bukti.
Baru-baru ini lebih dari 130 penelitian telah diterbitkan yang menekankan kekuatan kekebalan alami. Hal itu juga ditekankan Kepala Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Universitas Tel Aviv, Profesor Ehud Qimron. Dia telah mengkritik Menteri Kesehatan Israel untuk semua kebijakan COVID mereka dalam sebuah surat yang membuka mata publik Israel.
Norwegia juga tidak merekomendasikan dosis kedua vaksin COVID untuk anak-anak berusia 12-15 tahun yang telah mendapatkan satu dosis karena peningkatan risiko miokarditis. Ini juga berkorelasi dengan sains. Misalnya, pada November 2021, Taiwan bergabung dengan Islandia, Swedia, Finlandia, dan Denmark dalam menghentikan dosis kedua vaksin COVID untuk anak-anak di bawah usia 17 tahun karena masalah miokarditis. Di Islandia, Swedia, Finlandia, dan Denmark, vaksinasi dihentikan untuk siapa pun yang berusia di bawah 30 tahun.
Sebuah studi baru-baru ini dari University of California menunjukkan bahwa risiko miokarditis mungkin lebih besar akibat vaksin daripada risiko dirawat di rumah sakit karena COVID untuk anak laki-laki usia 12-15.
Sebuah makalah Nature Medicine yang diterbitkan pada 14 Desember 2021 menunjukkan bahwa miokarditis setelah vaksinasi (dalam hal ini, Moderna dosis 2) lebih tinggi daripada miokarditis setelah infeksi COVID alami untuk orang berusia kurang dari 40. Khusus untuk pria kurang 40 tahun, dosis 2 dan dosis 3 Pfizer memiliki lebih banyak miokarditis daripada infeksi COVID, dan ini berlaku untuk dosis 1 dan dosis 2 Moderna.
Anak-anak tanpa penyakit penyerta memiliki peluang lebih besar untuk meninggal karena tenggelam, kecelakaan mobil, dan flu tahunan daripada dari COVID, yang memiliki tingkat kelangsungan hidup 99,97. Juga sangat jarang anak-anak berakhir di rumah sakit dengan COVID, seperti yang ditekankan oleh pemerintah Norwegia dan data dari seluruh dunia.
Jika terinfeksi COVID-19, anak-anak usia 0-9 tahun rata-rata memiliki peluang 0,1 persen atau 1/1000 kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit dan, untuk usia 11-19, peluang 0,2 persen atau 1/500 untuk dirawat di rumah sakit (Herrera -Esposito, 2021). Ini berdasarkan data seroprevalensi dari delapan lokasi di seluruh dunia: Inggris; Perancis; Irlandia; Belanda; Spanyol; Atlanta, AS; New York, AS; Jenewa, Swiss. Tingkat kematian akibat infeksi untuk anak usia 0-9 tahun diperkirakan kurang dari 1 dalam 200.000 (kurang dari 5 dalam 1 juta) dan 1 dalam 55.000 untuk anak berusia 10-19 tahun.
Pertanyaan tentang etis-tidaknya memvaksinasi anak-anak yang sehat tanpa penyakit penyerta dengan produk COVID, mengingat aneka fakta tersebut juga mendasari kepurutusan pemerintah Norwegia. [The Pulse]