Penemu Fenomenal Albert Einstein Juga Manusia Biasa
Jakarta – Siapa yang tak kenal Albert Einstein, ilmuwan terkemuka dunia dengan berbagai temuannya yang menjadi sejarah bagi umat manusia. Einstein yang lahir 14 Maret 1879, 141 tahun lalu dan boleh dibilang manusia paling cerdas ini dalam menjalani kehidupannya juga sama seperti manusia biasa.
Ilmuwan terbesar dalam abad ke-20 itu menemukan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi.
Saat bekerja di kantor paten pada 1905, Einstein menerbitkan beberapa karya penting dalam jurnal fisika Jerman bernama ‘Annalen der Physik’. Ia mengajukan gagasan tentang sifat partikel cahaya. Einstein selama periode waktu yang sama menerbitkan sebuah makalah berjudul ‘On the Electrodynamics of Moving Objects’.
Pada tahun yang sama, dalam makalahnya tentang kesetaraan massa dan energi, ia mengusulkan bahwa massa dapat dikonversi menjadi jumlah setara dari energi berdasarkan persamaan E=mc2.
Pada 1911, ketika menjadi profesor di Universitas Charles Praha, ia menerbitkan karyanya perihal efek gravitasi pada cahaya. Sebuah gerhana matahari yang terjadi beberapa tahun kemudian, membuktikan teorinya bahwa cahaya melengkung di sekitar benda besar seperti matahari.
Pada 1915, Einstein mengajukan Teori Relativitas yang masih digunakan hingga sekarang. Sementara Penghargaan Nobel Fisika diperoleh dari kontribusinya dalam penemuan Hukum Efek Fotolistrik.
Ia juga pernah menjadi pemenang Nobel. Tapi tahukah Anda bahwa di balik kejeniusannya, Einstein juga mengalami hal-hal seperti manusia biasa pada umumnya?
Beberapa tahun lalu telah dirilis sebuah arsip berisi koleksi surat-surat maupun dokumen pribadi milik Albert Einstein yang telah ditranskripsikan, diterjemahkan, dan ditambahkan dengan konteks sejarah.
Ini merupakan proyek anyar Digital Einstein yang digagas Priceton University Press, dengan tujuan menyelami tahun-tahun Einstein sebelum ketenaran. Materi yang dikumpulkan mereka adalah materi-materi yang diseleksi secara hati-hati dan pencatatan dilakukan selama 25 tahun terakhir.
“Einstein juga seorang manusia biasa”, demikian hipotesis mereka untuk menggali lebih lanjut tentang kehidupan personal ilmuwan fisika yang sohor berkat Teori Relativitas ini di luar kehebatan, keberuntungan, dan kemasyhuran namanya.
Berikut lima sisi humanis Albert Einstein yang dikutip dari National Geographic:
1. Sempat mengalami keterlambatan berbicara
Albert Einstein lahir pada tanggal 14 Maret 1879 di Ulm, yang terletak di Kerajaan Wurttemberg, kini menjadi negara bagian Baden-Wurttemberg, Jerman. Ketika menjadi siswa sekolah dasar, Einstein menunjukkan bakat alami untuk matematika. Saat masih kecil, Einstein diyakini mengalami kesulitan (keterlambatan) berbicara.
2. Kehilangan pekerjaan impian
Pada 1902, Einstein ditunjuk sebagai pemeriksa di Kantor Paten Swiss berdasarkan rujukan seorang teman karena sebelumnya ia kecewa tidak berhasil mendapatkan posisi untuk dosen universitas. Sejarawan New York University, Matt Stanley, menjelaskan bahawa penyebabnya sebagian besar adalah kesalahan Einstein sendiri.
“Ia bukan siswa yang hebat, ia pun tidak menghormati para profesornya dan banyak membolos kelas karena tahu biar bagaimana juga, ia bisa lulus. Akhirnya, ia tidak dapat meminta rekomendasi,” kata Stanley.
3. Gemar mabuk-mabukan
Dalam sebuah kartu pos yang dikirimkan pada temannya. Conrad Habicht, pada tahun 1915, Einstein menulis, “Kami, celakanya mabuk berat dan tewas di bawah meja.” “Einstein muda rupanya seorang bohemian, bukan sosok orang bijak yang terpikirkan oleh kita sekarang,” ungkap Stanley.
Habicht diketahui sebagai salah satu pendiri Olympia Academy di Bern, Swiss, sebuah klub minum-minum di mana orang berkumpul untuk berdebat filosofi dan sains. Belakangan, terungkap bahwa Einstein pernah menyebut kalau klub itu telah berdampak luar biasa pada kariernya.
4. Perceraian
Einstein menikah dengan salah satu rekan fisikawan, Mileva Maric, pada 1903. Perkawinan tersebut berakhir pada 1919. “Dalam lembar-lembar suratnya kita lihat Einstein muda sedikit pemberontak, dan tidak tahan godaan wanita,” kata Stanley.
“Ia sempat menjalin beberapa hubungan romantis yang berakhir kurang baik, meski saya kira ia memetik sejumlah pelajaran untuk di kemudian hari,” lanjutnya. Kemudian Einstein menikahi sepupunya Elsa Lowenthal, pada tahun yang sama perceraiannya dengan Maric.
5. Punya anak-anak begajulan
Mengapa Einstein menyebut anaknya ‘bajingan’ dalam sebuah surat? Ia tentunya amat menyayangi anak-anaknya. Kepada dua putranyalah, Hans Albert dan Eduard, ia selalu menulis surat dalam setiap lawatan. Namun, hidup Eduard harus berbalik tragis ketika didiagnosis skizofrenia di usia 20 tahun. Sedangkan Hans Albert, putra sulungnya, mengalami masalah keuangan. Seperti kebanyakan ayah-ayah lain, Einstein menghadapi persoalan pula dengan anak-anaknya.
6. Suka traveling
Ternyata Einstein melewatkan upacara penganugerahan Hadiah Nobel-nya, untuk bertualang ke Jepang. Tapi memang tak seperti kebanyakan orang, bagi Einstein bepergian adalah lebih daripada sekadar melarikan diri dari kehidupan sehari-hari.
Ia mengakui, bahwa pembunuhan Menlu Jerman Walther Rathenau oleh ekstremis sayap-kanan pada tahun itu, adalah salah satu alasan ia merasa harus meninggalkan Jerman untuk sementara waktu.
Ia juga beremigrasi ke AS dari Eropa, di masa-masa Hitler berkuasa. Dan di negara inilah, sisa hidupnya dihabiskan. Einstein meninggal dunia di Princeton, New Jersey, AS, pada 18 April 1955 dalam usia 76 tahun.
7. Percaya ada kehidupan lain di luar Bumi
Einstein pernah mengatakan bahwa dalam luasnya alam semesta manusia tidak sendirian. “Mengingat ada jutaan miliar planet seperti Bumi, tidak diragukan lagi kehidupan di tempat lain di alam semesta ini pasti ada,” ujarnya. Ia juga memberikan komentar tentang perintah Presiden AS saat itu Harry S Truman, untuk menembak pada kasus UFO di Washington DC, 19 Juli 1952.
“Pak Presiden, siapa pun yang bisa melintasi jutaan kilometer pasti mampu mengurus diri sendiri ketika mereka sampai di tujuan. Jangan memulai sesuatu yang Anda tidak dapat menyelesaikannya,” ujarnya. “Orang-orang ini telah melihat ‘sesuatu’. Apakah itu saya tidak tahu dan tidak penasaran untuk tahu,” kata Einstein dalam sebuah surat untuk menanggapi fenomena UFO.
Sebelum dikremasi, otaknya diambil kemudian diteliti untuk menemukan rahasia kecerdasan luar biasa Einstein. Hasil penelitian menunjukkan otak Einstein mengandung lebih banyak sel glial yang bertanggung jawab untuk sintesis informasi. Ditemukan juga bahwa otak Einstein lebih padat dan memiliki lobus parietalis relatif besar yang berhubungan dengan kemampuan matematika.