Veritas

Program ‘Bahteramas Berlayar Kembali’, Tina Ajak Warga Selamatkan Teluk Kendari

  • Konsep waterfront city memungkinan penanganan sedimentasi Teluk Kendari menjadi terprogam dan berkelanjutan.
  • Visi Tina itu sejatinya mewujudkan keharusan yang justru terbengkalai sekian lama.

JERNIH — Dalam “Bahteramas Berlayar Kembali”, program pembangunan untuk mewujudkan Sulawesi Tenggara (Sultra) Sejahtera Merata, Tina Nur Alam secara khusus memberi perhatian pada masa depan ibu kota provinsi, Kendari. Dalam visi Tina, Kendari harus menjadi waterfront city guna menyelamatkan dan memperbesar peluang ekonomi Teluk Kendari.

Menurut calon gubernur yang diusung Partai NasDem dan PKS itu, Teluk Kendari yang tak terawat akibat sedimentasi tak terkendali, harus segera menjadi waterfront city. Konsep waterfront city mengusung pendekatan pembangunan daerah tepian air menjadi kawasan multifungsi yang dapat memperbesar potensi daya tarik wisata, selain memberi dampak pada ekonomi masyarakat sekitar.

Sebagai gambaran, sedimentasi Teluk Kendari sudah pada taraf mengkhawatirkan. Riset dari Catrin Sudardjat, M Syahril BK, dan Hadi Kardhana dari LPPM Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2011, menunjukkan sedimentasi dari Sungai Wanggu yang merupakan penyumbang sedimentasi terbesar di Teluk Kendari, telah mencapai 143.147 meter kubik per tahun atau sekitar 143 juta ton.

Sementara hasil penelitian Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Sampara menyebutkan, dalam kurun waktu 13 tahun, terjadi pendangkalan di Teluk Kendari seluas 101,8 hektare dan kedalaman laut pun menyusut menjadi sekitar sembilan sampai 10 meter. Luasan wilayah teluk pun pada 2000 saja telah banyak menyusut. Dari semula 1.186,2 hektare tinggal menjadi 1.084,4 hektare.

Mei lalu, peneliti Ahli Muda Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PR LSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Aisyah, menunjukkan bahwa proses pendangkalan itu masih terus berlangsung. ”Berdasarkan pengukuran yang kami lakukan di lima titik di teluk, kedalamannya hanya berkisar 8 meter hingga 12 meter,” kata Aisyah kepada Kompas, saat itu. Padahal, kata Aisyah, hasil riset peneliti lain pada 2003, kedalaman wilayah teluk 23 meter.

“Konsep waterfront city memungkinan penanganan sedimentasi Teluk Kendari menjadi terprogam dan berkelanjutan,” kata Tina.

Tina wujudkan yang terbengkalai

Visi Tina itu sejatinya mewujudkan keharusan yang justru terbengkalai sekian lama. Pada Maret 2023, kondisi Teluk Kendari yang mengkhawatir memantik gagasan waterfront city pada rapat Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. “Sayangnya, hal itu tidak pernah tertuang dalam konsep pengembangan kawasan pesisir ibu kota Sultra di masa depan,”kata Tina. “Saya siap mewujudkannya.”

Berdasarkan catatan, menurut Erliani Budi Lestari, direktur Sikronisasi Urusan Pemerintah Daerah II, orang pertama yang mengutaran waterfront city untuk Teluk Kendari, Sultra perlu fokus pada pembangunan infrastruktur untuk membuat Kendari sebagai waterfront city. Hal itu dilakukan dengan memaksimalkan pelabuhan, pembangunan terminal penumpang, serta pembangunan jalan daerah untuk mendukung konektivitas antarwilayah.

Setelah dbiarkan teronggok sekian lama, Tina Nur Alam menangkap pesan luhur dalam gagasan waterfront city tersebut. Kepedulian dan visinya untuk menyejahterakan Sultra dan warganya, membuatnya menuangkan konsep itu dalam program “Bahteramas Berlayar Kembali”.

Pada sisi Teluk Kendari, “Bahteramas Berlayar Kembali” tidak hanya akan mengubah kondisi Teluk menjadi lebih cantik, nyaman dan sehat untuk rekreasi keluarga dan pariwisata, namun juga sebagai area MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions) yang mendunia.
Di sana akan dibangun area jogging track sepanjang 17 kilometer, sebaga sarana olahraga dan aktivitas warga. Dengan demikian, warga Sultra bisa kembali membanggakan wibawa dan marwah Teluk Kendari, yang pada abad ke-16-18 dikenal para pelaut Nusantara dan Eropa.

Back to top button