The Washington Post: Putin Terlihat tak Tahu Harus Berbuat Apa Lagi
Saat Rusia terus berjuang menyelamatkan muka di Ukraina, Putin perlahan bersembunyi dari pandangan publik. Dia baru-baru ini membatalkan pidato kenegaraan tahunannya, yang biasanya diadakan pada Malam Tahun Baru.
JERNIH–Lingkaran dalam kekuasaan Vladimir Putin disebut-sebut mengalami frustrasi karena mereka merasa presiden Rusia itu tidak yakin dengan apa yang harus dilakukannya terkait perang akibat invasi Rusia ke Ukraina. Hal itu dilaporkan The Washington Post, Kamis (29/12) lalu.
Beberapa sumber di lingkar dalam kekuasaan Rusia mengatakan kepada The Post, mereka percaya bahwa Putin tidak memiliki rencana untuk melanjutkan invasi skala penuh, yang diluncurkan lebih dari 10 bulan lalu. “Ada rasa frustrasi yang sangat besar di antara orang-orang di sekitarnya,” kata seorang miliarder Rusia yang tidak mau disebutkan namanya, yang memiliki jaringan erat dengan para pejabat tinggi di Kremlin, kepada The Post. “Dia kelihatan sekali tidak tahu harus berbuat apa.”
Saat Rusia terus berjuang menyelamatkan muka di Ukraina, Putin perlahan bersembunyi dari pandangan publik. Dia baru-baru ini membatalkan pidato kenegaraan tahunannya, yang biasanya diadakan pada Malam Tahun Baru.
Acara tersebut biasanya melibatkan pidato di Majelis Federal Rusia, diikuti dengan konferensi pers selama berjam-jam dengan ratusan jurnalis dari seluruh negeri.
Institute for the Study of War (ISW) mengutip kurangnya agenda positif sebagai salah satu alasan pembatalan pidato tersebut. Namun, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, masih mengisyaratkan bahwa ada kemungkinan acara itu tetap akan diadakan di awal tahun baru.
Sumber The Post mengatakan, fakta bahwa Putin menunda pidatonya adalah tanda bahwa dia tidak memiliki rencana perang di Ukraina. “Dalam pidatonya, harus ada rencana. Tapi (ini) tidak ada rencana. Saya pikir mereka tidak tahu harus berkata apa,”kata miliarder itu, menurut The Post.
Dia juga menambahkan bahwa Putin kini semakin terisolasi. “Lagipula dia tidak suka berbicara dengan orang. Dia memiliki lingkaran yang sangat sempit, dan sekarang lingkaran itu semakin sempit.”
Tatyana Stanovaya, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada The Post bahwa banyak elit Rusia mulai kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka karena dia “tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan besar warganya.”
“Para elit tidak tahu harus percaya apa, dan mereka takut memikirkan hari esok,” kata Stanovaya kepada The Post. “Untuk sebagian besar, ada perasaan bahwa tidak ada jalan keluar, situasinya tidak dapat diperbaiki, bahwa mereka (telah salah) sepenuhnya bergantung pada satu orang.”
Seorang pejabat Rusia, yang kembali tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada The Post: “Bagaimana bisa (Putin) memberi tahu kami bahwa semuanya terencana baik, ketika kami sudah berada di bulan ke-10 perang, sementara sebelumnya kami semua diberi tahu bahwa itu hanya akan memakan waktu beberapa hari?”
Pejabat itu menambahkan bahwa satu-satunya taktik Putin saat ini tampaknya mendesak Barat dan Ukraina untuk memulai pembicaraan damai, sesuatu yang pada Natal kemarin dia lakukan. “Tapi,”kata pejabat itu kepada The Post, “Putin hanya mungkin bersedia berbicara dengan berbagai persyaratan.”
Tentara Rusia telah berjuang dengan gigih sejak invasi negara itu ke Ukraina. Laporan luas dan catatan intelijen mengatakan soal pelatihan yang buruk dan moral yang rendah yang terjadi di banyak pasukan Rusia.
Meskipun demikian, pada Oktober lalu mantan diplomat Barat dan pejabat pemerintah Rusia mengatakan kepada Reuters bahwa cengkeraman kekuasaan Putin di Kremlin masih tetap kuat. [The Washington Post/Business Insider]