Veritas

Yahudi Ultra Orthodox, Ancaman Serius Masa Depan Israel

  • Heredi, atau Yahudi Ultra Orthodox, minta diistimewakan.
  • Mereka menikmati anggaran khusus, pengurangan pajak, menolak simbol-simbol negara Israel.
  • Populasi mereka akan mencapai 40 persen dari 9 juta penduduk Israel, karena Heredi punya banyak anak.
  • Kenikmatan Heredi menjadi beban bagi Yahudi sekuler.

JERNIH — Israel terlalu kuat untuk dihadapi negara-negara di sekelilingnya, tapi negeri Yahudi itu mulai terancam dari dalam.

Elizabeth Blade, dalam tulisan yang dipublikasikan SputnikNews, menyebut Heredi — kelompok Yahudi Ultra Orthodox — sebagai ancaman potensial negara Israel di masa depan.

Populsi Heredi saat ini 12 persen dari 9 juta penduduk Israel. Tahun 2065, populasi Heredi diperkirakan mencapai 40 persen dari seluruh penduduk Israel.

Jika itu terjadi, ekonomi Israel dalam bahaya. Yahudi sekuler, yang saat ini merupakan angkatan kerja utama, akan kesulitan menemukan sarana.

Kambing Hitam

Heredi terbiasa disalahkan atas banyak hal. Mereka pula yang memicu ketegangan dengan pemukim Muslim di Yerusalem karena klaim mereka terhadap Masjidil Aqsa.

Sepanjang tahun 2020, ketika terjadi pandemi Covid-19, media Israel berulang kali menyalahkan Heredi yang kerap melanggar aturan. Heredi menolak semua protokol kesehatan, dan tidak melaporkan kasus Covid-19 di lingkungan mereka.

November 2020 lalu, misalnya, Heredi tetap membuka institusi pendidikan kendati terdapat larangan menutup semua sekolah.

Desember 2020, komunitas Heredi masih menggelar pesta pernikahan dan pertemuan massal. Padahal saat itu Covid-19 telah merengut 3.000 warga Israel.

Sebelum pandemi, Heredi menulai kritik masyarakat umum karena menikmati hak yang tidak dimiliki orang lain. Bahkan, Dr Shuki Friedman — direktur Pusat Agama, Bangsa, dan Negara, di Institut Demokrasi Israel, angkat bicara.

Menurut Dr Friedman, Heredi menikmati pengurangan pajak, dikon tagihan pemerintah kota, diskon akomodasi, dan pendidikan. Heredi juga dibebaskan dari wajib militer.

“Heredi memiliki semacam otonomi ekonomi dan pendidikan,” kata Friedman.

Heredi punya kurikulum pendidikan sendiri, membiarkan diri tidak mengenal simbol negara, dan punya sumber otoritas sendiri. Artinya, Heredi tidak punya kesetiaan apa pun pada negara sekuler Israel.

Dua dekade lalu, Heredi menikmati kenikmatan terbatas. Ketika populasi mereka terus naik, Heredi menikati semua kenikmatan dan menjadi beban bagi orang lain.

Tahun 2065, ketika populasi Heredi mencapai 40 persen dari penduduk Israel, pemimpin Yahudi Ultra Orthodox berpeluang membuat klaim politik tentang pajak, pendidikan, dan anggaran khusus.

Tahun 2018, pemerintah Israel menganggarkan 400 juta dolar AS untuk Heredi. Setahun kemudian, lembaga pendidikan Heredi menerima 260 juta dolar AS. Jumlah itu belum termasuk anggaran lainnya.

Menuju Keruntuhan

Dr Friedman mengatakan Heredi adalah komunitas paling subur, dengan pertumbuhan populasi tercepat di dunia. Ketika populasi mereka meningkat, terjadi pula tuntutan peningkatan anggaran.

Orang Heredi punya nafsu makan tinggi, dan dipastikan akan menimbulkan masalah bagi Israel dalam beberapa tahun ke depan.

Laporan terakhir menyebutkan, populasi Yahudi sekuler Israel mulai merasa sebagai minoritas di Israel. Padahal, merekalah mesin ekonomi negara dan pembayar pajak tanpa diskon.

Jika populasi Heredi meminta peningkatan anggaran, pemerintah Israel tidak punya cara selain menaikan pajak Yahudi sekuler, berutang, dan membiarkan pengangguran meluas.

Di komunitas Heredis, anggaran tidak akan pernah cukup untuk mereka sebagai akibat populasi yang terus meningkat. Yang terjadi adalah kemiskinan akibat terlalu banyak anak yang harus dibesarkan.

“Saat ini saja 50 sampai 60 persen populasi Heredis hidup di bawah garis kemiskinan,” kata Friedman. “Jika terus seperti itu, beban Yahudi sekuler makin serius.”

Selama bertahun-tahun, Israel menjalan proyek mengintegrasikan Heredi. Militer menawarkan program khusus kepada Heredi yang ingin mengabdi, menerapkan pemisahan jenis kelamin dengan tentara relijius.

Di tingkat ekonomi, Heredi diberi insentif untuk berintegrasi di dunia kerja. Mata pelajaran sekuler bersuaha dimasukan ke dalam kurikulum Heredi.

Upaya itu membuahkan hasil, tapi masih jauh dari harapan. Dr Friedman mengatakan satu-satunya cara mengatasi krisis ini adalah melakukan perubahan besar.

“Pertama, pemerintah harus meminimalkan dukungan kepada Heredi,” kata Dr Friedman. “Kedua, meyakinkan Heredi untuk mengubah nilai dan preferensi mereka.”

Namun, apakah itu bisa dilakukan. Para rabbi Heredi tidak mungkin melepas kekuatan yang mereka memiliki ata masyarakatnya.

Back to top button