Kiat Seorang Commuter Korea Hadapi Potensi Terpapar Wabah Corona
Tapi sebaliknya, Outbreak lebih mirip dengan marathon, yang memiliki daya tahan dan kerja sama paling baiklah yang menjadi pemenangnya
JAKARTA—Di bawah ini pengalaman seorang WNI yang tinggal di Seoul, Korea. Dirinya harus tetap bekerja di tengah merajalelanya penularan Corona. Di bawah ini pengakuannya, yang beberapa hari terakhir ini viral di media social.
Saya Pranda, saya sudah setahun tinggal di Seoul, Korea Selatan. Qadarallah, Korea Selatan menjadi salah satu epicentrum covid-19 per Februari lalu. Secara matematis, tempat saya tinggal sudah dua bulan lebih dulu terkena covid-19 dibanding Indonesia.
Sekadar informasi, saya juga tidak mendapatkan izin untuk berkerja di rumah (WFH), kebetulan saya mahasiswa S3 yang setiap hari harus ke kampus menggunakan transportasi publik.
Saya ingin men-share cara saya pribadi menjaga diri saya dan keluarga kecil saya dari covid-19.
1. Gunakan Masker! Dengan langkanya masker hari ini, saya menyarankan untuk menggunakan masker tipe apa pun. Saya berpandangan ‘lebih baik menggunakan yang jelek, daripada tidak memakainya sama sekali.
Saya pribadi menggunakan dua lapis masker. Lapis pertama saya menggunakan masker kain, baru masker berikutnya saya gunakan yang disposable. Saya menggunakan masker pada saat kerja, setiap harinya. Dicopot hanya pada saat merasa tidak nyaman, mau makan-minum, atau manakala hendak shalat.
Untuk mencuci masker kain saya menggunakan air super panas, setelah memungkinkan baru saya kucek dengan sabun antiseptik.
2. Pastikan untuk minum suplemen dan vitamin setiap hari. Saya minum vitamin C dan vitamin D, madu untuk menjaga imunitas tubuh saya. Ketiganya saya minum dalam waktu berbeda. Sarapan, makan siang atau ngawadang dan makan malam.
3. Wajib untuk sarapan dan minum-minuman berbahan jahe. Beberapa dari kita ada yang terbiasa tidak sarapan. Kali ini, dengan adanya wabah ini, saya menyarankan selalu mengedepankan makan pagi untuk menjaga kondisi badan.
4. Pada saat berangkat ke kampus, saya akan memilih bis yang relatif sepi (kurang dari 10 orang). Setiap saya turun bis, saya pastikan tangan saya sudah dibersihkan handsanitizer.
5. Pas sampai di kampus, saya langsung cuci tangan dengan sabun dan menyemprot badan saya dengan desinfectant. Setelah itu saya wudhu dan sholat dhuha.
6. Pastikan untuk makan makanan yang HALAL, BERSIH, HIGIENIS, dan SEHAT dengan membawa bekal sendiri. Dalam kasus saya, saya ajak teman-teman satu lab untuk mengorder makanan dari istri saya, sehingga asumsi saya, mereka pun bisa mendapatkan makanan yang higienis, bersih, sehat, dan insya Allah halal.
Sangat penting dicatet—sebagaimana Chairil Anwar menuliskannya: dicatet, keadaan outbreak, menolong dan menjaga satu sama lain itu PENTING. Taka da gunanya bila kita sudah menjaga diri sebaik-baiknya, eh, orang-orang di sekitar kita malahan sebaliknya.
Di lab, kami pun satu sama lain saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan, cuci tangan, dan menjaga personal hygiene.
7. Untuk teman-teman yang bertanya “kapan waktunya mencuci tangan/handsanitizing?”, saya pribadi biasa melakukannya sebelum dan sesudah makan; setelah bersin; dan setelah dari toilet.
8. Perlu diingat bahwa saya tidak dapat izin untuk ‘work from home‘. Jadi selain melakukan social distancing di bus, saya juga membatasi ruang gerak saya dengan hanya jalan RUMAH-KAMPUS. Tak lagi kemana-mana lagi, tak makan di resto-resto, dst. Terhitung sudah hampir dua bulan keluarga kecil kami hanya di rumah.
Saran saya, berikan udzhur sebanyak-banyaknya untuk istri dan anak. Fiqh darurat sangat dibutuhkan di saat seperti ini.
9. PERLU DIPERHATIKAN bahwa selama kita para suami/pekerja berada di luar rumah, asumsikan diri Anda sudah terkontaminasi dengan virus, bakteri, dan zat berbahaya lainnya. So, jangan langsung kontak dengan keluarga anda (peluk, cium, dsb).
Saya pribadi punya saran seperti ini:
1. Pertama tama, jangan masuk rumah terlebih dahulu.
2. Minta tolong istri/anak Anda untuk menyemprotkan disinfektan ke seluruh badan, jaket, baju, celana panjang, bahkan topi bila Anda memakainya.
3. Kemudian, seluruh pakaian langsung masukkan ke mesin cuci dan langsung cuci. Saya selalu mencuci baju saya sekali sehari selama outbreak ini.
4. Terakhir, saya langsung mandi dan wudhu selama 5-10 menit
5. Akhirnya, jreng! Saya bisa peluk anak dan istri saya.
10. Yang saya pelajari di sini, outbreak ini benar-benar akan menguji daya tahan, kenyamanan dan kesabaran kita semua. Perlu diingat sekali lagi, bahwa yang bosan bukan hanya Anda, tapi seisi rumah akan mengalaminya.
Menyibukkan diri adalah cara tersimpel untuk melupakan kebosanan. Saya melihat bahwa outbreak ini adalah waktu tepat untuk terkoneksi kembali dengan keluarga inti, bermain main dengan anak, membersihkan, membuat masakan bersama dan mengubah tata letak rumah.
Untuk yang belum menikah, mungkin menamatkan game, membaca buku, menonton film adalah cara terbaik untuk membunuh kebosanan.
11. Saya ingin mengutip apa Dubes Indonesia untuk Korea, Umar Hadi, sampaikan:
“Outbreak itu BUKAN seperti lomba sprint 100 m, saat yang paling cepat yang menang. Tapi sebaliknya, Outbreak lebih mirip dengan marathon, yang memiliki daya tahan dan kerja sama yang paling baiklah pemenangnya”.
12. Last but not least, saya cuma mengikuti apa yang Islam ajarkan kepada saya. Terima dengan IKHLAS adanya cara hidup baru setelah covid-19 mewabah. Kemudian usahakan sebaik-sebaiknya untuk melakukan preventif disertai sholat-doa-dzikir pagi petang. Barulah setelah itu kita bertawakal. [ ]