Crispy

Di Irak, tak Ada Kuburan untuk Korban Covid-19

Kabul — Bagi penduduk Irak, terjangkit Covid-19 adalah mimpi buruk. Otoritas keagamaan Irak melarang keras penguburan korban virus korona, dengan alasan terjadi penularan dari mayat ke populasi terdekat.

Sa’ad Malik, misalnya, tidak bisa memakamkan ayahnya yang menjadi korban Covid-19. “Jenasah ayah saya belum juga dimakamkan, kendati telah sepekan,” kata Malik, dengan suara lirih kepada Arab News.

Salem Al-Shummary, sepupu Malik, mencoba membantu Malik dengan tidak mengubur jenasah tapi membakarnya. “Kami hanya punya satu mimpi; mengubur orang mati,” katanya.

Seorang warga Irak yang tinggal di dekat Baghdad mengatakan; “Kami memutuskan untuk memblokir penguburan di daerah kami. Kami khawatir akan kesehatan anak-anak dan keluarga kami.”

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang memimpin respon global terhadap pandemi, coronavirus ditularkan melalui tetesan dan kontak permukaan. Tidak ada bukti ilmiah virus dapat menyebar melalui mayat, menurut juru bicara kementerian kesehatan Irak Seif Al-Badr.

Seorang petugas medis Irak di Najaf mengatakan kementerian kesehatan telah mencoba melakukan intervensi langsung untuk meyakinkan pihak berwenang Najaf agar mengizinkan penguburan korban COVID-19, tetapi tidak berhasil.

Menurut WHO, hanya ada 14 tempat tidur rumah sakit di Irak untuk setiap 10.000 orang. Untuk mengisi kekurangan itu, rakyat Irak menjaga diri dengan cara sendiri.

Moqtada Al-Zubaidi menciptakan tempat tidur rumah sakit yang terbungkus plexiglass, yang meliputi respirator dengan tangki oksigen, unit pendingin udara, bel untuk memanggil perawat dan televisi layar datar.

“Itu adalah penemuan bertujuan kemanusiaan. Kami mengusulkan nama ‘tempat tidur kehidupan’ karena memberikan keamanan dan kepastian bagi orang yang sakit,” katanya.

Zubaidi sedang menunggu persetujuan dari kementerian kesehatan untuk menghasilkan lebih banyak tempat tidur, yang masing-masing berharga $ 4.000. Tetapi bagi banyak orang Irak yang berkecil hati dengan meningkatnya jumlah korban jiwa, tindakan seperti itu mungkin terlambat.

Irak telah mengkonfirmasi lebih dari 500 kasus COVID-19 dan 42 kematian. Banyak pihak meragukan angka ini, karena terlalu sedikit dari 40 juta rakyat Irak yang menjalani tes.

Back to top button