Kacamata Ion, Keajaiban atau Kemustahilan?
Jakarta – Beragam cara dilakukan orang untuk memiliki mata sehat, bebas dari rabun dan terlihat indah. Karena itu banyak tawaran muncul dengan berbagai teknik yang menjanjikan tanpa tahu risikonya bagi kesehatan.
Salah satu fenomena sehat cara instan yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini adalah kacamata ion. Kacama ion memproklamirkan sebagai alat kesehatan mata yang mampu mengeluarkan gelombang ion dan sinar infra merah gelombang jauh yang bermanfaat bagi kesehatan mata, apalagi jika dipakai selama 8 jam sehari.
Kondisi medis yang diklaim dapat diobati dengan kacamata ion adalah kelainan refraksi (mata minus atau plus), silinder, mata kering, buta warna, diabetik retinopati, glaukoma, hingga katarak.
Menghadapi banyaknya masyarakat yang terlanjur percaya dengan kacamata ion, dr. Gitalisa Andayani, Sp.M (K) mengatakan bahwa penyakit mata seperti katarak itu terjadi pada anatomi mata sedangkan untuk buta warna adalah penyakit kongenital (bawaan lahir), sehingga penggunaan kacamata ion tidak bisa memberikan kesembuhan. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa kacamata ion belum terbukti secara medis.
“Sehingga belum dapat dipercaya atas semua klaim manfaatnya, sehingga dihimbau bagi masyarakat untuk tidak mudah percaya,” kata Gitalisa di acara Optik Tunggal, Plaza Indonesia, Senin, (18/11/2019).
Dr. Gitalisa Andayani, Sp.M (K) juga menyarankan apabila sudah terdeteksi memiliki penyakit mata, sebaiknya lakukan pemeriksaan dengan dokter mata sedangkan untuk miopi atau hipermetropi harus diperiksa di optic dan diberi alat bantu penglihatan seperti kacamata.
Menanggapi pemberitaan mengenai maraknya kacamata ion, Alexander F. Kurniawan, chairman of Optik Tunggal juga menyanyangkan terjadinya fenomena ini. Ia menyebutkan seharusnya masyarakat lebih bijak lagi dalam menghadapi penyakit mata.
“Jika terjadi katarak, glaukoma, diabetik retinopati hanya bisa diobati melalui tindakan medis dan obat-obatan. Namun kelainan mata seperti minus atau plus, harus memakai kacamata, soft lens atau ortho-K maupun tindakan lasik,” papar Alexander. [Zin]