Merindukan Suara Tonggeret
Di pohon-pohon pelindung itulah,tonggeret bermukim di balik daun-daun. Mengeluarkan suara menggairahkan. Menyambut kedatangan kemarau yang penuh harapan. Sinar matahari bersinar hangat. Membantu proses pematangan buah, menuju musim panen.
Oleh : Usep Romli HM
Tonggeret adalah sebutan untuk sejenis serangga yang suka mengeluarkan suara nyaring dari pepohonan. Orang Jawa menyebutnya garengpung, kinjeng tangis atau uir-uir, orang Makassar menyebutnya nyenyeng tergantung suara yang dikeluarkan.
Suara tonggeret akan muncul di akhir musim penghujan. Sebagai pertanda datangnya kemarau.
Tapi seiring dengan kekacauan pergiliran musim akibat pengaruh lingkungan, sekarang suara tonggeret jarang sekali terdengar. Cuaca ekstrem, hujan berkepanjangan, dan tidak beraturan, merusak siklus hidup tonggeret. Bahkan banyak yang terancam punah. Larva tonggeret yang terpendam selama 17 (tujuh) belas tahun, tak sempat menetas menjadi serangga yang menjadi salah satu anggota “orkestra alam” paling menakjubkan, bersama serangga-serangga lain yang mengeluarkan suara merdu. Seperti turaes, caricangkas, jangkrik, dan sebagainya.
Salah satu penyebab kelangkaan tonggeret, adalah kelangkaan pohon-pohon besar, yang rindang. Terutama pohon-pohon peneduh jalan dan pekampungan. Pinggir-pinggir jalan di perkotaan sekarang hanya ditanami jenis pohon-pohon kecil berdaun jarang. Beda dengan 40-50 tahun lampau, ketika jalan-jalan raya di tengah kota dan antar kota, penuh dengan pohon-pohon besar berdaun lebat. Seperti kenari, mahoni, tanjung. Bahkan rasamala , kihiur, kihujan,atau bungur, sejenis kayu hutan yang kini sudah amat jarang pula.
Di pohon-pohon pelindung itulah,tonggeret bermukim di balik daun-daun. Mengeluarkan suara menggairahkan. Menyambut kedatangan kemarau yang penuh harapan. Sinar matahari bersinar hangat. Membantu proses pematangan buah, menuju musim panen. Kemarau juga merupakan pertanda siaga bagi para peladang untuk segera mencangkul lahan, dan membiarkannya menyerap ultraviolet sebanyak-banyak, untuk diolah lagi jika hujan telah turun dan ditebari bibit-bibit baru tanaman palawija. Paduan hasil sawah dan hasil ladang, akan menjadi sumber ketahanan pangan yang bersambung dari musim ke musim.
Dan tonggeret menyaksikannya sambil bernyanyi riang di atas pohon-pohon pelindung, penyimpan air dan penahan tanah dari erosi. Pohon yang berjasa kepada manusia dan mahluk lain, beserta lingkungannya. Para pakar ekologi, menyebutkan, 1 hektare ruang terbuka hijau yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1.500 penduduk tiap hari (atau, sebatang pohon besar menghasilkan oksigen 1,2 kilogram/hari), menyerap 2,5 ton karbon dioksida/tahun, menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen.
Pohon juga menjadi produsen makanan bagi manusia. Jika pohon sebagai tanaman produsen makanan, terganggu, bahkan terancam kepunahan, dapat dipastikan semua makhluk hidup lain pun akan terancam kepunahan pula.
Pohon besar yang memiliki batang yang tinggi dan menjulang tentunya memiliki akar yang kuat dan panjang pula. Ketika hujan turun dengan lebatnya ke muka bumi ini, air yang jatuh tidak langsung mengalir begitu saja, tapi ikut terserap oleh akar pohon sehingga posisi tanah tetap kuat dan tidak mudah terkena erosi.
Air hujan juga dapat tertahan di tanah di sekitar pohon sehingga mencegah terjadinya banjir. Sekaligus menjaga kesuburan tanah. Jika permukaan tanah banyak ditanami pohon, saat hujan turun, butir – butir airnya tidak langsung menimpa permukaan tanah, tetapi ditahan oleh daun, ranting, dan batang pohon, sehingga mengurangi daya gerus air terhadap tanah.Dengan banyaknya pohon, udara disekitarnya sekitarnya menjadi sejuk dan segar, karena pohon memberikan perlindungan terhadap terik sinar matahari, angin kencang, penahan debu, serta peredam suara.
Selain menghasilkan aneka macam buah dari yang manis, asam, hingga yang pahit dan daun untuk bahan “”lalab rumbah”, pohon dapat pula digunakan sebagai obat. Banyak jenis pohon tertentu berguna bagi kesehatan manusia. Dijadikan bahan pengobatan tradisional dan diolah menjadi aneka macam herbal.
Jelaslah sudah, peran nyata pohon bagi umat manusia. Bukan basa-basi atau janji-janji lagi. Melainkan bukti langsung dan sudah terasa.
Bersama hilangnya pohon-pohon besar dari lingkungan perkotaan dan perkampungan, bahkan dari perbukitan dan pegunungan, hilang pula tonggeret beserta suaranya yang menjadi pertanda peralihan musim. Tonggeret mungkin hanya tinggal kenangan. Walaupun ada beberapa kalangan merekan suara tongeret dan menyebarkannya lewat medsos, semacam Youtube, tentu tak akan seasyik dan seindah aslinya. Karena peran dan fungsi tonggeret sebagai anggota “paduan suara alami” tak tergambarkan sama sekali.
Bagi para ahli pengobatan tradisional, daging tonggeret memiliki banyak khasiat. Antara lain, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan organ dalam, meningkatkan libido, , mengurangi depressi ibu hamil, memperbaiki metabolisme tubuh, meningkatkan kesehatan jantung, mencegah diabetes, menjaga kesehatan kulit dan rambut, dll.
Bagi para petani, suara tonggeret dipercaya mampu merangsang mulut daun (stomata) untuk membuka lebih lebar sehingga penyerapan nutrisi melalui embun lebih maksimal. Metabolisme tumbuhan akan lebih sempurna sehingga hasil panen maksimal.
Sayang, tonggeret semakin langka. Malah menuju kepunahan, seiring dengan lenyapnya pohon-pohon besar.Bahkan pohon itu sendiri, yang masih ada, telah beralih-fungsi. Bukan tempat kediaman tonggeret yang mengasyikkan. Melainkan tempat bertebarannya pamflet, baliho, stiker, dll. yang carut marut. Gambar para calon peserta pilkada/pilgub, iklan sedot WC, alamat badut/sulap, dllsb. Semuanya rata-rata dipaku. Menancap dan melukai hingga ke bagian dagingnya. Melukai pohon itu bertahun-tahun dan mempercepat kematiannya.
Di tengah kebisingan suara penuh emosi, kebencian, saling curiga, saling tuduh, yang membuat langit negeri semakin kotor oleh polusi, suara tonggeret yang merdu, ramah dan gairah, memang sangat dirindukan. [ ]