R.A. Tan Peng Nio, Prajurit Perempuan Tionghoa yang Bertempur Melawan VOC
Prajurit perempuan itu bernama Tan Peng Nio. Keberanian dan kecantikannya mirip Mulan. Bersama prajurit Mataram, ia maju bertempur di garis depan melawan pasukan kompeni Belanda.
Jernih — Belum ada tahun pasti kapan pertama kali bangsa Tionghoa menginjakan kaki ke tanah Nusantara. Nurni Wahyu Wuryandari, peneliti dari Pusat Studi Cina di Universitas Indonesia, dalam keterangannya yang dikutip Historia, berasumsi bahwa secara resmi, orang-orang Tiongoa tiba di Nusantara pada abad ke-7 Masehi.
Satu nama Tionghoa yang telah dikenal luas sebagai salah seorang tokoh Negeri Tirai Bambu yang sempat mengunjungi Nusantara adalah Laksamana Cheng Ho.
Banyak sumber menyebut Cheng Ho datang tak hanya sekali ka Nusantara, melainkan tujuh kali. Pelayaran dan ekspedisi ke Kepulauan Indonesia itu berlangsung pada kurun waktu 1405-1433 pada era Dinasti Ming.
Selain namanya yang mashur, masih banyak nama-nama Tionghoa lain yang ternyata bersinggungan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Mereka bahkan menjadi bagian dari kerajaan tersebut melalui perkawinan. Salah satunya adalah Raden Ayu (RA) Tan Peng Nio.
Harian Kompas edisi digital yang mengutip buku Geger Pacinan 1740-1743 Persekutuan Jawa-Tinghoa Melawan VOC karya seorang sejarahwan dari Pura Mangkunegara, KRMH Daradjadi Gondodiprojo, menjelaskan bahwa Tan Peng Nio adalah istri dari Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Kolopaking III atau Sulaiman Kertowongso.
Keluarga Kolopaking merupakan keluarga bangsawan terpandang di Jawa yang berkuasa di daerah Banyumas pada era Mataram Islam.
Tan Peng Nio tak hanya dikenal sebagai istri seorang pembesar bergelar Raden Ayu. Ia juga disebut-sebut sebagai seorang pejuang yang turun langsung berperang melawan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Pada masa Perang Geger Pacinan atau Perang Kuning (1740-1743), Tan Peng Nio terlibat pertempuran gerilya di garis depan bersama pasukan Tionghoa yang dipimpin kerabatnya, Kapitan Sepanjang (Khe Panjang).
Artikel Terkait : Geger Pecinan, Perang Besar Etnis Tionghoa Melawan Kompeni di Tanah Jawa
Nama yang terakhir disebut adalah seorang pimpinan Laskar Tionghoa. Asal usulnya tak banyak diketahui. Namun, mengutip keterangan Prof. Wasino, sejarahwan Universitas Negeri Semarang, menyebut bahwa Kapitan Sepanjang merupakah tokoh penting dalam Perang Geger Pacinan bersama Raden Mas Garendi (Amangkurat V atau Sunan Kuning), Raden Mas Said (Pengeran Samber Nyawa), dan Patih Notokusumo.
Kegigihan Tan Peng Nio dan pasukan perempuan Jawa lainnya diabadikan dalam beberapa nomor tari Bedhaya baik di keraton Yogyakarta maupun Surakarta. Salah satunya adalah tari Retno Tinandhing. Koreografi dalam tarian ini banyak diilhami oleh gerak prajurit perempuan Jawa.
Dikatakan sejarahwan Ann Kumar dalam buku Prajurit Perempuan Jawa yang dikutip Kompas, sebuah catatan utusan VOC di Batavia menyebut bahwa Rijklof van Goens sempat menyaksikan ketangkasan “Prajurit Estri” di Keraton Maratam di Kartasura.
“Korps Srikandi Mataram” ini terdiri dari 150 serdadu perempuan yang piawai bernyanyi, memainkan alat musik, menari, dan menggunakan senjata.
Perjumpaan Tan Peng Nio dengan KRT Kolopaking III terjadi saat pecah Perang Geger Pacinan. Saat perang berakhir, ia dan suaminya menetap di Kutowaringin, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng).
Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu KRT Endang Kertawangsa dan RA Mulat Ningrum.
RA Tan Peng Nio dikebumikan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen, Jateng. Makamnya dibangun dengan gaya makam yang Tionghoa. Hingga kini, makam yang terletak di daerah pesawahan tersebut masih sering diziarahi. [ ]
Keterangan foto :
Sumber foto Tan Peng Nio di atas (foto hitam putih) diambil dari digitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV 184881. Dalam titlenya gambaran dari sosok foto diatas bernama Eveline Tan (Tan Peng Nio). Foto tersebut cukup viral sebagai sosok R.A. Tan Peng Nio.
Namun beberap pihak meragukan bahwa foto tersebut adalah R.A. Tan Peng Nio (istri KRT Kolopaking III), berhubung saat R.A. Tan Peng Nio eksis dipertengahan abad 18 M, atau di masa VOC belum ada kamera.
Hal tersebut diantaranya disampaikan akun @potretlawas dalam twitternya, menuliskan bahwa foto tersebut bukan R.A. Tan Peng Nio, melainkan foto Eveline Tan yang juga memiliki nama Tan Ping Nio. Eveline Tan menurut potretlawas adalah cucu kapiten Cina Bogor Tan Goan Piauw. Foto tersebut dibuat sekitar tahun 1922.