“Percikan Agama Cinta“: Bentuk Hakiki Universalime Islam: Toleransi
Kedamaian tidak mungkin dapat diperoleh dari jiwa gaduh. Suatu paksaan dapat menimbulkan jiwa tidak damai. Pun tidak nyaman. Maka itu, Allah Swt menggariskan dalam firman-Nya bahwa tidak ada paksaan dalam menganut akidah Islam.
JERNIH— Saudaraku,
Toleransi ( al-samâhah), tak bisa dimungkiri, merupakan salah satu inti ajaran Islam. Ia sejajar dengan ajaran fundamental Islam lainnya, seperti kasih sayang (rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (al-mashlahah al-‘âmmah), dan keadilan. Hakikat toleransi, pada intinya, adalah usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan luhur, yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antaragama.
Nilai-nilai dan konsep toleransi dalam Islam ini bersumber dari Al-Quran dan hadis. Dalam Al-Quran, misalnya, kaidah toleransi merujuk pada Surah Al-Baqarah ayat 256. “Tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat….”
Ayat tersebut menegaskan, tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama. Allah Swt menghendaki agar setiap orang dapat merasakan kerukunan. Kedamaian tidak mungkin dapat diperoleh dari jiwa gaduh. Suatu paksaan dapat menimbulkan jiwa tidak damai. Pun tidak nyaman. Maka itu, Allah Swt menggariskan dalam firman-Nya bahwa tidak ada paksaan dalam menganut akidah Islam. Allah Swt telah memberikan pilihan di antara dua jalan. Ya, jalan benar dan sesat. Tinggal manusia hendak memilih jalan mana. Bebas. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya.
Dalam ayat lain, Surah Al-Kâfirûn ayat 6, Allah Swt juga menyatakan, “lakum dînukum waliya dîn (untukmu agamamu, untukku agamaku).”
Ayat di atas menerangkan ungkapan yang sangat tegas dan gamblang mengenai pandangan Islam terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan. Itulah ciri kebebasan manusia paling utama. Jelas, Islam mempersilakan orang lain atau sekelompok untuk menganut agama selain Islam. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad Saw pada saat memimpin Kota Madinah. Pelaksanaan polah toleransi ini harus didasari sikap kelapangan dada. Ketulusan hati. Memperhatikan prinsip- prinsip yang dipegang sendiri. Menghormati perbedaan atau prinsip orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri.
Ketahuilah. Islam mendukung etika perbedaan dan toleransi. Islam tidak hanya mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan keragaman dalam masyarakat. Tidak ada sedikit pun paksaan bagi manusia untuk memeluk agama Islam. Itulah bentuk hakiki universalime Islam. [Deden Ridwan]