Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Demi Menemukan Makna

kusebutkan nama-Mu di setiap awal matahari terbit. Menuju sebuah tempat bernama: ruang kosong. Di ruangan itu, aku tepekur menatap suatu gambar yang merekam jejakku menyelami waktu.

JERNIH— Saudaraku,

Demi masa,

sungguh manusia dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman:

mengerjakan kebaikan, saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran (103-1-3).

Deden Ridwan

Demi waktu,

kusebutkan nama-Mu di setiap awal matahari terbit. Menuju sebuah tempat bernama: ruang kosong. Di ruangan itu, aku tepekur menatap suatu gambar yang merekam jejakku menyelami waktu.

Demi batas,

apa yang kubayangkan? Hanyalah benda-benda mati. Tergeletak di atas kayu berbentuk empat persegi panjang, dihiasi lukisan kata-kata beraroma cinta. Di setiap pagi, angin sepoi-sepoi menembus sela-sela jendela: membuatku terbang ke alam meta-epas.

Demi sangkala,

begitu berkuasakah entitas-entitas dan tutur-tutur itu?

Kukatakan: tidak!

Kuletakkan di tepi pensil. Aku mesti melampaui delusi itu, menemukan makna. Menyurat tikas kearifan. Karena sungguh, aku tak mau termasuk orang-orang merugi. [Deden Ridwan]

Back to top button