Pasien Wisma Atlet Dipulangkan Meski Masih Positif
Kebijakan itu untuk memberi ruang bagi pasien baru yang kondisinya lebih buruk.
JERNIH-Untuk dapat memberi pelayanan bagi penderita Covid-19 yang memerlukan penanganan dan pelayanan optimal, Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta terpaksa memulangkan sejumlah pasien yang diketahui masih positif Covid-19.
Mereka terpaksa diminta pulang dan menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing, untuk memberi ruang bagi pasien baru yang kondisinya lebih buruk. Sementara saat ini kondisi RS Wisma Atlet sudah penuh.
Salah seorang yang dipulangkan dari Wisma Atlet adalaj James Andi Parinding. Ia masuk ke RS Wisma Atlet sejak 9 Juni bersama seluruh keluarganya, yakni ibu, bapak, dan dua orang adik. Kini mereka semua sudah kembali ke rumah meskipun masih ada yang positif Covid-19.
“Sekarang semua keluargaku sudah keluar semua, cuma sebenarnya bokap sama nyokap saya masih positif, tapi disuruh pulang karena RS Wisma Atlet masih mau dimasukin pasien baru,” kata Andi, pada Rabu (23/6/2021).
Ia memahami keputusan RS Wisma Atlet memulangkan mereka meskipun ibu dan ayahnya masih positif Covid-19.
Saat ini RS Wisma Atlet Kemayoran sudah menunjukan lampu merah keterisian ruangan. Hingga Rabu (23/6/2021)RS Wisma Atlet menampung sebanyak 6.671 pasien. Adapun jumlah tempat tidur di 4 tower di RSD Wisma Atlet ini mencapai 7.937. Artinya keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di Wisma Atlet mencapai 84%.
Senin lalu (21/6/2021), Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan rencana penggunaan rumah sakit hanya untuk pasien Covid-19 yang memiliki gejala dengan kondisi-kondisi tertentu.
“Rumah sakit untuk (pasien) yang diisolasi dan memiliki gejala, khususnya dia ada komorbid, khususnya saturasinya (saturasi oksigen) di bawah 95 persen, khususnya sudah mulai sesak, itu dibawa ke rumah sakit,” kata Menkes dalam siaran pers.
nantinya TNI- Polri akan membantu melakukan klasifikasi terhadap pasien yang akan dirawat di Wisma Atlet
Bagi pasien Covid-19 namun tidak bergejala atau hanya mengalami gejala ringan diminta untuk isolasi mandiri atau isolasi terpusat. Namun tetap harus memperhatikan apakah lingkungannya memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri
“Tetapi yang tidak, lebih baik diisolasi mandiri atau diisolasi terpusat agar tidak terekspos konsentrasi virus yang tinggi yang ada di rumah sakit, dan juga bisa membebaskan rumah sakit untuk benar-benar merawat orang-orang yang sudah sedang (bergejala) dan gawat,” kata Menkes. (tvl)