Cerita Mantan NII: Ibadah Haji Umat NII Itu 1 Muharram di Al-Zaytun Indramayu
Ritual Ibadah haji saat ini dibuat berbeda dengan biasanya karena pandemi dan sekarang ditambah dengan tayangan online seolah Islami dan nasionalis agar masyarakat tidak curiga terhadap keberadaan NII Al-Zaytun.
JERNIH-Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan bahwa ibadah haji umat NII itu pada 1 Muharram Di Al-Zaytun Indramayu, bukan ke Mekkah. Namun menera ke Al-Zaytun yang dianggap ibu kota NII.
Ibadah haji dalam doktrin NII merupakan sebuah agenda tradisi rapat tahunan, setiap 1 Muharram disana mengadakan peringatan besar besaran yang dihadiri para pejabat dan jamaah NII territorial, mantan santri dan orang tua santri dari seluruh penjuru tanah air, biasanya hadir pula para pejabat tinggi pemerintahan.
Secara kasat mata, di Al-Zaytun memang tidak terjadi penyimpangan apapun, namun jika melihat dari dalam akan banyak sekali kita jumpai penyimpangan-penyimpangan yang tentunya berujung pada pola penggalangan dana serta dukungan terhadap kelompok tertentu yang mengakibatkan pembodohan dan kemiskinanan berjamaah.
Lebih lanjut Ken menjelaskan, saat ini NII juga punya program andalan yaitu JAMMAS (Jalan Menuju Masyarakat Sejahtera) tapi faktanya yang sejahtera adalah pimpinan saja, sementara jamaahnya semakin miskin karena hartanya diminta untuk infak atas nama perjuangan.
Salah satu contoh yang didapat dari hasil wawancara yang dilakukan tim investigasi NII Crisis Center pada peringatan 1 Muharram tahun ini, tim berhasil mewawancarai beberapa orang yang terlibat langsung dengan NII dan pengurus pesantren Al-Zaytun.
Diantaranya mereka menjalani penderitaan muadhof ( karyawan kerja rodi ) yang tak kunjung berakhir. Sementara wawancara dengan mahasiswa Al-Zaytun yang turun kejalan, mereka jualan nasi dan es yang dibungkus plastic. Ada juga yang berjualan ayam goreng, bakso dll, Tim juga berhasil mewancarai jamah aktif NII dari teritorial Jakarta yang sedang berkunjung ke pusat negaranya yaitu Al-Zaitun.
Keberdaan para pahlawan pembangunan Al-Zaitun yakni para muadhof, sangat menyedihkan. Mereka hidup dengan segala keterbatasan, karena gaji kecil dan kebutuhan yang amat besar. Mereka harus hidup dengan amat menderita, banyak sekali diantara anak anak mereka yang kekurangan gizi karena rendahnya dalam pemberian makanan yang bergizi.
Ditahun baru 1 Muharam ini para muadhof terpaksa berjualan air minum mineral guna menambah penghasilan, berapa muadhof bahkan mengambil jalan pintas dengan cara mensuplay para santri yang membutuhkan sesuatu yang tidak ada didalam pesantren Al-Zaitun.
Para muadhof, kata Ken, berjualan hal yang dilarang misalnya jual rokok. Para muadhof membeli diluar pesantren dengan harga biasa kemudian menjual pada penghuni pesantren dengan berkali lipat. Para santri nampaknya tidak keberatan dengan harga yang jatuhnya mahal. Misal harga rokok yang biasanya dijual dengan harga 26 ribu dapat mereka jual 50 sampai 100 ribu.
Ketika Team Nii Crisis Center bertanya tentang perkembangan terbaru pesantren Al-Zaitun, para muadhof pun menjawab dengan lemah, bahwa saat ini pembangunan macet total, kehidupan seperti dipenjara, sangat menderita.
Namun karena Syaikh Panji Gumilang sudah menetapkan seperti itu, mereka pun tak bisa berbuat apa apa, karena tak ada pilihan lain. Jika mereka kembali ke NKRI, mereka akan disebut jadi orang kafir jahiliyah. Akhirnya mereka mengatakan lebih baik bertahan menunggu kemenangan NII entah sampai kapan.
Inilah realita yang terjadi di negeri ini, berbagai persiapan gerakan makar NII kini telah banyak gentayangan disekitar kita, namun para aparat tinggi pemerintah baik sipil maupun militer hanya diam saja, seolah olah sengaja membiarkan tumbuh berkembangnya faham yang sesat dan menyesatkan tersebut.
Faktor kebodohan atau memang ada konspirasi antara pejabat negara dengan Al-Zaitun? Tanya Ken.
Kita semua faham bahwa pada masa pemerintahan sebelum pak Jokowi, kelompok radikal apa saja, NII, HTI, FPI, IMI dan lain lain tumbuh subur dinegeri ini.
Beruntung di pemerintahan sekarang seperti HTI dan FPI sudah dilarang, tapi sayangnya NII Al-Zaytun belum tersentuh hukum, atau jangan jangan ada orang kuat yang pelihara? Wallahu A’lam.
Korban anak bangsa sudah terlalu banyak, terlalu mahal harga yang harus dibayar bila tragedi kemanusiaan atas nama agama ini terus berlanjut. Kata Ken, menutup cerita. (tvl)