Solilokui

Untung Ada Hantu Omicron (jilid 2)

Banyak masyarakat yang sudah mulai melepas maskernya, sudah tidak lagi menjaga jarak bahkan tempat-tempat cuci tangan yang dulu diletakkan diberbagai tempat kini sudah kering, atau bahkan tidak terurus. Mungkin menganggap pandemi Corona sudah selesai.

JERNIH-Hampir setiap hari kita dijejali berita tentang virus varian baru Omicron. Penting nggak sih menyampaikan informasi tentang virus Omicron secara terus menerus?

Pertanyaan itu mungkin muncul dibenak kita saat membuka media online dan mendapati berbagai berita tentang varian Omicron. Rasa penasaran semakin bertambah jika kita memperhatikan reaksi berbagai pihak yang mengkhawatirkan bahaya varian Omicron.

Banyak negara telah menutup penerbangannya dari negara-negara di Afrika Selatan, mereka juga menolak kedatangan orang yang mempunyai riwayat perjalanan dari negara-negara di Afrika Selatan seperti Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho dan Eswatini.

Karantina maksimal yakni 14 hari diterapkan pada orang-orang yang memiliki riwayat perlajanan dari negara-negara tersebut. Penerapan karantina 14 hari tersebut dengan pertimbangan jika orang tersebut terinfeksi Corona varian Omecron maka orang tersebut sudah mulai pulih dan virus sudah mulai melemah,

Seluruh instansi terkait dengan Corona varian Omecros harus memanfaatkan ‘hantu Omecron’ untuk membuat masyarakat sadar bahwa Corona masih ada dan varian barunya semakin berbahaya. Bayangkan saja, katanya varian baru Corona ini tidak mempan vaksin.

Kementrian Kesehatan, Satgas Covid dan Kominfo harus menanfaatkan ‘hantu Omicron’ untuk menakut-nakuti masyarakat tentang dasyatnya daya penularan varian baru ini sehingga masyarakat patuh pada protocol kesehatan.

Lihatlah di sekitar kita, banyak masyarakat yang sudah mulai melepas maskernya, sudah tidak lagi menjaga jarak bahkan tempat-tempat cuci tangan yang dulu diletakkan diberbagai tempat kini sudah kering, atau bahkan tidak terurus. Mungkin menganggap Corona sudah selesai.

Coba lihat di beberapa pusat perbelanjaan, mereka melakukan pengecekan pada pengunjung yang datang hanya sebatas formalitas, yakni pengecekan suhu belaka. Bahkan alat PeduliLindungi hanya sebatas pajangan di pintu masuk.

Perhatikan pula di media sosial, banyak warga masyarakat yang sudah menyelenggarakan berbagai acara tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Mereka bahkan meng-upload kegiatan mereka yang penuh resiko tertular Covid.

Pergilah ke kampung-kampung di perkotaan, coba lihat warganya yang sudah merasa bebas dari ancaman Covid-19. Hanya sebagian kecil warga masyarakat yang masih patuh memakai masker saat keluar rumah. Nampaknya mereka beranggapan setelah menerima vaksinasi satu atau dua kali pasti kebal dari ancaman Covid-19.

Bangsa kita memang selalu bergegas siaga jika ada ancaman, dan ketika ancaman itu mereda maka mereka akan mengendorkan kewaspadaannya.

Kehadiran corona varian Omicron harus dimanfaatkan para pemangku kepentingan penanganan Covid-19 untuk mengingatkan masyarakat jika Covid-19 masih ada. Masih mengancam kehidupan kita, masih mempengaruhi perekonomian dunia.

Pemberitaan tentang varian Omicron yang mempunyai daya tular sangat tinggi dijadikan alat mengerem keinginan masyarakat untuk mudik atau bepergian selama libur Nataru. (tvl)

Back to top button