Crispy

Kisah Warga Aceh Utara Yang Disiksa Tentara Bayaran ExxonMobil

“Ada surat sebagai buktinya. Surat saya itu sudah sampai ke Amerika,” kata Umar

JERNIH – Satu dari 11 korban pelanggaran HAM di Aceh Utara yang diduga dilakukan anggota militer, menceritakan kekerasan yang dia alami dan luka tembak masih membekas hingga saat ini.

Terry Collingsworth dari The International Labor Rights Fund yang mengajukan tuntutan ke pengadilan di Washington DC, Amerika Serikat mengatakan, para anggota militer tersebut disewa ExxonMobil untuk mengamankan wilayahnya namun dengan cara brutal.

Ketika peristiwa kelam yang menimpa Zakir (bukan nama sebenarnya) terjadi pada awal tahun 2000-an, sedang melakukan jaga malam di desa bersama rekannya. Dia tinggal di sekitar kawasan kilang gas milik ExxonMobil di Arun, Aceh Utara.

Tiba-tiba, Zakir diserang tentara yang tengah berjaga di jalur pipa gas lantaran dituduh sebagai pembantu Gerakan Aceh Merdeka, hingga giginya rontok dan lutut kanannya ditembak. Sementara rekannya, tewas setelah dadanya ditembus peluru tajam.

“Pada masa itu tidak ada pertanyaan, baru setelah pemukulan adanya pertanyaan, dan baru ketahuan salah pukul. Setelah itu dilakukan upaya damai, aparat pemukul datang ke rumah untuk meminta maaf,” kata Zakir kepada wartawan di Aceh yang melaporkan untuk BBC News, Selasa (04/01).

Selain itu, Zakir bilang tentara yang menjaga aset ExxonMobil sering meminta barang milik warga secara paksa. Jika tak diberi, maka dipukul.

Dia masih ingat betul kalau ada puluhan warga yang menjadi korban kekerasan para anggota militer yang disewa Exxon. Beberapa di antaranya, telah meninggal dunia.

Sementara Umar yang juga bukan nama sebenarnya dan sengaja disamarka demi keamanan, mengatakan kalau dirinya dipukuli tentara ketika menolak menjual pohon durian miliknya. Sebab, anggota militer hendak membelinya dengan harga murah. Sedangkan calon pembeli berani menawar lebih mahal.

“Penyebab dasarnya mereka (tentara) meminta untuk membeli pohon durian dari saya, sementara harga pohon durian ditawar oleh orang lain seharga Rp700.000 per pohon, mereka malah meminta beli dengan harga Rp300.000. Karena saya tidak mau menjualnya, maka saya dipukul,” kata Umar.

Umar yang saat ini sudah berusia 63 tahun mengatakan, pemukulan itu terjadi saat dia tengah mengendarai sepeda motor dan diberhentikan lalu dibawa ke pos penjagaan. Di sanalah dia ditendang dan dipukuli. Setelah kejadian, besoknya para anggota pos itu datang ke kediamannya guna membuat perdamaian.

“Ada surat sebagai buktinya. Surat saya itu sudah sampai ke Amerika,” kata Umar.[]

Back to top button