Irama Jantung Normal atau Tidak, Lakukan Cara Ini
Jakarta – Serangan jantung seringkali datang tiba-tiba. Cara menghindari terjadinya serangan jantung salah satunya dengan mendeteksinya denyut jantung sendiri. Lalu seperti apa denyut jantung yang normal dan bagaimana irama jantung yang harus mendapat perhatian ekstra?
Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), Dokter Spesialis Kardiovaskular dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta mengatakan, gangguan irama jantung (aritmia) biasanya terjadi akibat pembentukan dan atau penjalaran impuls listrik sehingga memunculkan denyut jantung yang tidak beraturan.
“Denyut jantung berdetak cepat disebut takiaritmia, sebaliknya denyut jantung yang melambat dikenal sebagai bradiaritma. Bila aritmia tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen hingga kematian mendadak,” jelas Prof. Yoga, Kamis, (23/01/2020).
Ia menjelaskan, normalnya jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Saat denyut jantung berdenyut cepat dia akan berdetak hingga 200 kali per menit. Sementara itu, denyut jantung melambat ketika denyut irama jantung terhitung 40 kali per menit. Pengecekan irama jantung bisa dilakukan sendiri di rumah dengan tangan Anda dan menghitung setiap denyutannya.
Aritmia kerap tidak terdeteksi sebagai penyakit jantung, padahal akibatnya fatal. Menurutnya, cara untuk menangani aritmia atau gangguan irama jantung ini adalah dengan metode pemasangan Left Atrial Appcndage (LAA) Closure. Ini merupakan strategi penanganan terbaik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penggumpalan (pembekuan) darah di serambi jantung kiri di serambi jantung kiri (left atrial appendage sac) kantung di kiri jantung di mana sering terjadi pembekuan darah memasuki arteri darah atau pembuluh darah otak dengan melakukan penutupan serambi kantung jantung kiri (qu! atrial appendage sac) menggunakan alat kecil bernama watchman/amplatzer cardiac plug/lariat.
Di samping menangani kasus aritmia dengan metode LAA Closure, dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP (K) dokter spesialis Kardiovaskular RS MMC mengatakan bahwa aritmia dapat ditangani dengan metode Ablasi Kateter Elektronis, yang lebih ampuh untuk menyembuhkan total dan tidak hanya meringankan gejala dengan tingkat keberhasilan sekitar 97 persen.
“Ablasi merupakan tindakan medis dengan minim invasif (tanpa operasi) bagi penderita aritmia. Dengan menggunakan kateter elektroda yang akan dipasang di pembuluh darah vena atau arteri di lipatan pangkal paha ditujukan untuk ke jantung, ujung kateter elektroda akan menghancurkan sebagian kecil jaringan sistem hantaran listrik yang menganggu irama di jantung hingga normal kembali. alat ini akan secara akurat mengidentifikasi sumber utama penyakit aritmia secara kasat mata,” ujar dr. Sunu.
Riset dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab 80 persen gangguan irama jantung dan dapat berakhir dengan kematian mendadak.
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah RS MMC Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, KKV, FINASIM, FACP, FICA, MARS mengatakan untuk mengenali serangan jantung terdapat cirinya, yakni nyeri dada yang biasanya terasa di bagian tengah atau kanan atau kiri atau ulu hati, dapat terjadi lebih dari 15 menit atau lebih. Terkadang rasanya seperti tertindih benda berat, atau dada seperti terikat.
“Disertai penjalaran ke lengan kiri atau kadang-kadang kanan, leher, rahang, disertai keringat dingin, mual, kadang-kadang muntah, juga terjadi komplikasi sesak, lemah, pingsan, dan kejang,” ungkap Dr. Eka.
Untuk menangani diperlukan intervensi, dengan menggunakan obat nitrat, oksigen, pengencer darah, pengontrol tensi dan jantung, pengontrol kolesterol dan peradangan, dan obat lain yang dibutuhkan. [Zin]