Pemukim Utara Putuskan Pisah dari Israel, Bentuk Negara Galilea
- PM Benjamin Netanyahu dianggap meremehkan nasib pemukim utara yang terus ditembak roket Hizbullah.
- Teror Hizbullah nyaris tidak bisa diatasi pasukan Israel, yang membuat pemukim utara kecewa.
JERNIH — Israel dipastikan terpecah setelah pertemuan Forum Zona Konflik ‘Israel’ mengumumkan berdirinya Negara Galilea.
Al Mayadeen, mengutip situs Israel Walla, memberitakan langkah itu akan dimumkan pada ‘Hari Kemerdekaan’. Menurut situs berbahasa Ibrani itu, keputusan itu diambil setelah PM Benjamin Netanyahu memberikan tanggapan meremehkan terhadap pentanyaan Benny Gantz tentang pemukim yang kembali ke rumah untuk tahun ajaran, dengan mengatakan; “Apa yang akan terjadi jika kembali beberapa bulan setelah 1 September.”
Sebelumnya, anggota forum meluncurkan iklan protes pada awal April, yang secara terbuka meminta tawaran untuk melokalisasi pemerintah Israel.
Seperti dikutip media Israel, iklan itu berbunyi: “Tender publik untuk mencari pemerintahan di Israel! Forum Zona Konflik dengan ini mengundang proposal untuk diserahkan kepada pemerintah alternatif Israel sebagaimana dirinci dalam dokumen tender.”
Yang paling signifikan adalah iklan yang menggambarkan betapa putus asa pemukim Israel di perbatasan dengan Lebanon. Iklan itu berbunyi:
“Rincian lengkap tender itu dapat ditemukan di hotel-hote yang dievakuasi dan aparteman akomodasi para pengungsi di seluruh negeri, dengan pemilik bisnis yang runtuh di utara, di kawasan pariwisata yang mati di utara, dan di kantor-kantor pemerintah pihak berwenang di utara.”
Sejalan dengan klaim itu, pemukim dari permukiman yang ditinggalkan di wilayah utara Palesetina yang diduduki merencanakan demo pada 16 Mei di Al Quds dan Haifa. Mereka akan memprotes perjanjian politik dengan Hizbullah dan menyeru keamanan untuk dikembalikan ke wilayah melalui cara militer.
Tuntutan ini muncul setelah operasi intensif yang dilakukan Hizbullah untuk mendukung Hamas di Jalur Gaza.
Teror Nasrallah
Media Israel mengatakan teror Nasrallah tidak dapat dihadapi Israel. “Keseimbangan teror baru telah munul di utara, sesuatu yang tidak dapat dihadapi Israel, bahkan untuk satu jam sekali pun,” demikian opini yang diterbitkan Maariv, surat kabar Israel, Selasa lalu.
Avi Ashkenazi, koresponden militer Maariv, dalam tulisannya mengenang jalannya konfrontasi, keseimbangan pertempuran, dan aturan keterlibatan antara Hizbullah dan pendudukan sejak sebelum penarikan diri dari Lebanon selatan tahun 2000.
“Solusi apa pun di Utara mengharuskan pengambil keputusan di Israel berupaya menghilangkan keseimbangan teror ini,” tulis Ashkenazi.
Menurut Ashkenazi, sekretaris jenderal Hizbullan Sayyed Hassan Nasrallah mampu — sebelum penarikan Israel dan selama bertahun-tahun — membuat aturan keterlibatan yang menguntungkannya dalam sabuk keamanan Lebanon. Hassan Nasrallah memutuskan setiap serangan Israel terhadap sasaran sipil akan menyebabkan serangan roket ke Kiryat Shmona dan permukiman di Galilea. Sasaran peluncuran roket bervariasi antara daerah terbuka dan daerah terlarang.
Situasi ini menyebabkan perdebatan di dalam entitas pendudukan tentang penarikan diri dari negara Israel.