“Buldozer dari Palestina” dan Satu Buku Teguh Santosa Lainnya Lengkapi Pojok Baca Digital
Sebelumnya, kedua buku itu diluncurkan pada 30 Juli tahun lalu di Jaya Suprana School of Performing Arts, dan dicatat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai buku berisi wawancara dengan duta besar negara sahabat terbanyak.
JERNIH– Dua buku karya Teguh Santosa, “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” sejak Jumat (17/5) sore melengkapi Pojok Baca Digital di kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Gedung Dewan Pers, Jalan Kebun Sirih, Jakarta Pusat. Kedua buku yang berisi wawancara Teguh dengan para duta besar negara sahabat di Jakarta itu diserahkan sang penulis kepada Sekretaris Jenderal PWI, Sayid Iskandar.
Kedua buku itu diluncurkan pada 30 Juli tahun lalu di Jaya Suprana School of Performing Arts, dan dicatat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai buku berisi wawancara dengan duta besar negara sahabat terbanyak.
“Buku ini merekam berbagai problematika politik global dari perspektif puluhan negara mewakili semua kontinen. Dari ketegangan demi ketegangan yang berujung pada peperangan, maupun berbagai upaya bersama untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas kerjasama antar bangsa dan negara,” ujar Teguh yang juga dosen hubungan internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hifayatullah Jakarta itu.
Mantan Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat (2013-2018) dan mantan anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2020) itu berharap kedua buku yang diserahkannya dapat menambah khasanah dan wawasan pembaca dalam memahami dinamika politik global, di mana Indonesia merupakan salah satu entitas penting di dalamnya.
Sekjen PWI Pusat, Sayid Iskandar, yang menerima dua buku ini mengucapkan terima kasih atas atensi yang diberikan Teguh pada program peningkatan literasi PWI.
“Insya Allah buku ini akan bermanfaat bagi kita semua, khususnya anggota dan pengurus PWI,” ujar Sayid.
Dari Amu Darya dan Ibunda Obama
Selain “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” karya Teguh lainnya adalah “Di Tepi Amu Darya” yang merupakan reportase dari perbatasan Uzbekistan dan Afghanistan menjelang kejatuhan rezim Taliban di Afghanistan tahun 2001.
Di masa itu, Teguh yang kini memimpin Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) berusaha mencapai Kabul dari sisi utara, tepatnya kota Termez yang berada di tepi Sungai Amu Darya yang memisahkan Uzbekistan dan Afghanistan.
Upaya Teguh menembus Kabul terkendala karena jembatan yang menghubungkan kedua negara tak kunjung dibuka. Namun dari tepi Amu Darya, Teguh merekam perspektif lain dari ketegangan yang sedang terjadi.
Seperti dua buku yang diserahkan untuk Pojok Baca Digital PWI, buku reportase dari tepi Amu Darya juga diterbitkan Booknesia Publishing House, anggota IKAPI.
Ketika sedang menempuh pendidikan S2 di University of Hawaii at Manoa (UHM), di tahun 2008 Teguh juga terlibat aktif dalam penerbitan buku dari disertasi Ann Dunham Soetoro. Buku itu diterbitkan Penerbit Mizan dengan judul “Pendekar-pendekar Besi Nusantara”.
Adik Obama, Maya Soetoro, secara khusus meminta Teguh mendampingi Prof. Alice Dewey menuliskan kata pengantar untuk buku itu. Prof. Dewey adalah promotor disertasi Ann Dunham Soetoro.
Bersama Dandhy Dwi Laksono yang kini dikenal sebagai produsen film dokumenter, Teguh juga pernah menulis buku yang berjudul “Komisi I” yang membahas berbagai isu internasional, intelijen, dan pertahan keamanan.
Saat ini Teguh sedang menyusun buku yang diberinya judul “Sejengkal Tanah Tuhan.” []