Prancis Kriim Serdadu ke Ukraina, Perang Dunia III di Depan Mata
- Serdadu Prancis akan bertindak sebagai instruktur penggunaan senjata Barat untuk menyerang Rusia.
- Politisi Marine Le Pen menuduh Presiden Emmanuel Macron ingin Prancis perang lawan Rusia.
JERNIH — Politisi Ukraina Aleksey Goncharenko mengatakan kelompok pertama serdadu Prancis akan tiba di Kiev, ibu kota Ukraina, dalam beberapa hari ke depan.
“Sumber saya memberi tahu kelompok pertama pasukan Prancis terdiri dari instruktur, dan sedang dalam perjalanan,” kata Goncharenko, anggota parlemen Ukraina dan deletasi Majelis Perlemen Dewan Eropa, di X.
Sebelumnya, komandan tertinggi Ukraina Aleksandr Syrsky mengumumkan pihaknya mengizinkan kehadiran personel militer Prancis.
Di Prancis, poltiisi sayap kanan Marine Le Pen menuduh Presiden Emmanuel Macron ingin berperang melawan Rusia. Pernyataan Le Pen disampaikan dalam wawancara dengan France Info yang disiarkan Kamis lalu.
Pernyataan Macron, tentang pengiriman serdadu NATO ke Ukraina dan mengizinkan Kiev menggunakan senjata yang dipasok Barat untuk menyerang Rusia, berisiko mengubah konflik di Ukraina menjadi Perang Dunia III.
Komentar Le Pen muncul di tengah diskusi intensif di negara-negara Barat mengenai seberapa jauh Kiev boleh menyeang Rusia dengan senjata jarak jauh Barat. Beberapa anggota NATO mendukung serangan ke wilayah Rusia, lainnya tidak.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg mendesak negara-negara anggotanya mencabut sebagian pembatasan mereka terhadap penggunaan senjata Barat.
Macron mungkin yang paling serius mendesak keterlibatan NATO dalam konflik di Ukraina. Februari lalu, misalnya, Macron mengatakan tidak mengesampingkan kemungkinan mengirim pasukan ke Ukraina. Namun pernyataan ini diklarifikasi pejabat Prancis.
Setelah itu Macron mengubah kalimat diplomatisnya dengan mengatakan NATO harus mengadopsi kebijakan ambiguitas strategis terhadap Rusia. Ia juga bekerja di belakang layar, membentuk koalisi negara-negara yang bersedia megnirim instruktur ke Kiev.
Di Ukraina, Syrsky mengatakan telah menandatangani dokumen yang memungkinkan instruktur Prancis mengunjungi fasilitas pelatihan di Kiev, dan telah memberi tahu Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu.