14 Persen Perempuan Korea Menderita Kejahatan Seksual Digital
Seoul — Sekitar 14 persen perempuan Korea Selatan (Korsel) menderita kekerasan seksual digital; spycam, menerima gambar intim yang tidak diminta, dan mendapatkan kiriman video seks dari orang dikenal dan tak dikenal.
Yonhap, kantor berita Korsel, memberitakan survei terhadap 3.687 perempuan — diselenggarakan Yayasan Wanita dan Keluarga Seoul — menunjukan 1.581 responden, atau 43 persen, mengaku mengalami kejahatan seks digital. Sebanyak 530 dari jumlah itu, atau 14 persen dari seluruh responden, adalah korban langsung.
Survei digelar pada 15-27 November untuk melindungi perempuan dari kejatahan seksual menggunakan teknologi.
Sebanyak 48 persen responden mengatakan menerima materi cabul yang tidak diinginkan, dan 38 persen mendapatkan percakapan seksual yang tidak diminta. Sedangkan 30 persen responden merasa dipaksa mengirim foto-foto intim, dan 26 persen respon diminta memperlihatkan bagian tubuh.
Pengambilan gambar bagian tubuh, pendistribusian foto dan video juga dialami 20 dan 17 persen responden. Hanya 7,4 persen dari mereka yang menderita atau menyaksikan kejahatan seksual digital dan melaporkannya ke polisi.
Dari 530 korban langsung, 66,6 persen mengatakan tidak mengambil tindakan apa pun. Kebanyakan dari mereka, sekitar 43 persen, mengatakan tidak adanya kepastian hukuman terhadap pelaku
Sebanyak 37 persen mengatakan prosedur pengaduan yang rumit, 35 persen tidak punya pengetahuan tentang tindakan yang mungkin dilakukan, lainnya — sekitar 31 persen — takut kasus tersebut diketahui orang lain.
Pemerintah kota Seoul merespon hasil survei ini dengan meluncurkan On Seoul Safe, sebuah program pencegahan kejahatan seksual digital dan melindungi korban.
Program ini adalah kerjasama dengan Kepolisian Metropolitan Seoul, Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul, Asosiasi Korea Pusat Bantuan Kekerasan Seksual Korea dan Asosiasi Kesetaraan Gender Korea di Kampus.
Program melihatkan 40 desen, yang akan melatih mahasiswa menjalankan platform untuk mendukung para korban; konseling, bantuan hukum, dan psikoterapi. Juga ada kampanye kesadaran publik yang menampilkan aktris Kim Hye-yoon.
Walikota Seoul Park Won-soon mengatakan; “Kami akan mendorong proyek ini agar kami dapat memberi keyakinan, keberanian, dan perasaan bahwa kami selalu bersama mereka yang menderita kejahatan seksual digital.”