Crispy

1VERSE Boyband K-Pop yang Lahir dari Bayangan Korea Utara

1VERSE bukan hanya boyband, tapi simbol: bahwa bahkan dari reruntuhan represi, musik bisa melahirkan semesta baru.

JERNIH –  K-pop yang biasanya identik dengan kilau, glamor, dan kesempurnaan visual, hadir sebuah grup baru yang membawa cerita berbeda—keras, getir, sekaligus penuh harapan. Mereka adalah 1VERSE (dibaca universe), boyband beranggotakan lima pria muda dari Korea Utara, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun yang membuat debut mereka mengguncang bukan hanya musik atau gaya, melainkan kisah hidup dua anggotanya yang merupakan pembelot Korea Utara.

1VERSE melangkahi debut globalnya dengan merilis mini album perdana The 1st Verse. EP ini berisi tiga lagu, termasuk single utama berjudul Shattered, sebuah karya yang merekam luka pribadi dan konsekuensi pahit dari melarikan diri dari salah satu rezim paling represif di dunia.

Sebuah video klip untuk Shattered juga diluncurkan, menampilkan tarian enerjik, pencahayaan stroboskopik, dan visual K-pop yang tak kalah dari grup papan atas. Tapi di balik koreografi rapi dan riasan berkilau, tersembunyi pengalaman hidup yang jauh dari glamor.

Dari Lapar di Pyongyang ke Panggung Dunia

Salah satu personel, Yu Hyuk (25), lahir di Kyongsong, Korea Utara. Ia tumbuh dalam kelaparan ekstrem. Ia harus bekerja sejak usia sembilan tahun, memakan nasi basi, bahkan mencuri demi bertahan hidup.

“Setelah tertangkap mencuri, saya dipukuli sampai berdarah. Tapi saat itu, saya hanya berpikir satu hal: bertahan hidup,” kenangnya.

Hyuk akhirnya melarikan diri saat masih remaja, menyeberangi Tiongkok dengan bantuan perantara hingga akhirnya bertemu kembali dengan ibunya di Korea Selatan pada 2013. Meski kini hidupnya jauh lebih baik, kenangan pahit tetap membekas, terutama ketika ia kehilangan ayahnya yang meninggal di Korea Utara.

Lagu Shattered pun menjadi katarsis, mencerminkan patah hati dan kebebasan yang ia bayar dengan kehilangan keluarga.

Rekan senegaranya, Kim Seok (25), juga membawa kisah serupa. Hidup di kota perbatasan dekat Tiongkok, ia mengenal K-pop secara diam-diam lewat video musik yang diselundupkan teman-temannya, bahkan Gangnam Style milik Psy sempat menjadi jendela kecilnya pada dunia luar. Pada usia 20, ia melarikan diri bersama ayah dan neneknya. Kini, ironi terasa jelas: dulu menonton K-pop bisa berbuah kerja paksa, kini ia justru berdiri di panggung sebagai bagian dari industri itu sendiri.

K-Pop dengan Wajah Autentik

Di balik layar, 1VERSE digagas oleh Michelle Cho, produser sekaligus CEO label Singing Beetle. Ia ingin melahirkan sebuah grup yang lebih autentik di tengah industri K-pop yang sering dituding terlalu sempurna dan seragam.

“Siapa yang tidak menyukai kisah seseorang dari latar belakang sederhana yang mengejar mimpinya, terutama di dunia K-pop?” ujarnya.

Keunikan 1VERSE juga terletak pada keragaman anggotanya. Selain Hyuk dan Seok, ada Aito dari Jepang, serta Nathan dan Kenny dari Amerika Serikat. Kenny, keturunan China-Amerika, menyebut grup mereka sebagai tipe global yang unik, seakan merepresentasikan semesta kecil itu sendiri.

Meski debut mereka menarik perhatian karena keberadaan dua mantan warga Korea Utara, Hyuk menegaskan bahwa mereka ingin diingat bukan hanya karena kisah dramatis masa lalu.

“Saya ingin menjadi idola yang membawa energi dan pesan positif, bahwa siapa pun di luar sana tidak sendirian. Ada orang seperti saya yang pernah melalui gelap, tapi kini bisa berdiri di panggung,” katanya.

Dengan latar belakang yang penuh luka namun juga keberanian, 1VERSE menghadirkan wajah baru K-pop, bukan sekadar tontonan indah, tapi juga cermin perjuangan manusia untuk meraih kebebasan.(*)

BACA JUGA: Bisnis Perdukunan di Korea: Pelanggannya Artis K-pop, Politisi, dan Pengusaha

Back to top button