Crispy

Filipina Desak RI Beri Grasi kepada Seorang Perempuan dari Hukuman Mati

  • Mary Jane Veloso ditangkap di Indonesia pada 2010 dengan membawa koper berisi 2,6 kg heroin dan kemudian dijatuhi hukuman mati.
  • Ibu dua anak itu seharusnya menghadapi regu tembak pada tahun 2015 namun diberikan penangguhan hukuman sementara.

JERNIH – Filipina telah meminta grasi bagi seorang perempuan yang dijatuhi hukuman mati di Indonesia, kata sekretaris pers Presiden Ferdinand Marcos Jr pada Selasa (6/9/2022). Ini merupakan upaya tingkat tinggi terbaru untuk menyelamatkan warga negara itu yang terbukti menjadi pengedar narkoba.

Mary Jane Veloso ditangkap di Indonesia pada 2010 dengan membawa koper berisi 2,6 kg heroin dan kemudian dijatuhi hukuman mati. Ibu dua anak itu seharusnya menghadapi regu tembak pada tahun 2015 namun diberikan penangguhan hukuman sementara setelah seorang wanita yang dicurigai merekrutnya ditangkap di Filipina.

Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo mengajukan permintaan “pengampunan eksekutif” untuk Veloso dalam pertemuan dengan timpalannya dari Indonesia Retno Marsudi di Jakarta, di sela-sela kunjungan kenegaraan Marcos.

“Menteri Luar Negeri Marsudi mengatakan dia akan berkonsultasi dengan Kementerian Kehakiman mengenai masalah ini,” kata sekretaris pers Marcos Trixie Cruz-Angeles dalam sebuah video yang diposting di Twitter, mengutip kementerian luar negeri.

Indonesia memiliki undang-undang antinarkotika terberat di dunia. Kasus Veloso menarik perhatian besar di Filipina dan Indonesia, dengan aksi unjuk rasa dukungan dan petinju hebat Manny Pacquiao memohon agar nyawanya diampuni. Pendukungnya mengklaim dia pergi ke Indonesia untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan ditipu oleh sindikat narkoba internasional untuk membawa heroin.

Cruz-Angeles mengatakan bantuan kedutaan Filipina untuk Veloso telah “terus menerus” dilakukan dan bahwa dia dalam “kondisi baik” di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Wonosari di Yogyakarta.

Presiden Indonesia Joko Widodo menunda eksekusi Veloso pada tahun 2015 setelah presiden Filipina saat itu Benigno Aquino meminta agar dia dijadikan saksi atas jaringan perdagangan manusia yang menipunya untuk menyelundupkan narkoba. Aquino telah meminta grasi untuk Veloso beberapa kali, pada awal 2011, kata juru bicaranya pada 2015. [*]

Back to top button