AS Rilis Hasil Penelitian: 75 Persen Orang Vaksinasi Masih Menularkan Virus
- Penelitian digelar di Provincetown, Masschusetts, terhadap 900 pasien Covid-19.
- Diketahui 75 persen dari mereka adalah penerima vaksinasi penuh.
- Mereka mengidap varian Delta, dan harus menjalani rawat inap.
- Orang vaksinasi penuh ternyata membawa jumlah virus yang sama dengan yang belum divaksinasi.
JERNIH — AS mencatat kemunduran lain setelah sejumlah ilmuwan yang mempelajari wabah Covid-19 di Massachusetts menyimpulkan bahwa orang yang divaksinasi membawa jumlah virus yang sama dengan orang yang belum, atau tidak, divaksinasi.
Associated Press memberitakan pejabat kesehatan AS, Jumat 30 Juli, merilis rincian penelitian yang menjadi kunci keputusan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk merekomendasikan agar orang yang divaksinasi kembali mengenakan masker saat berada di dalam ruangan.
Penulis penelitian mengatakan temuan menunjukan panduan masker CDC harus diperluas, mencakup seluruh AS, bahkan di luar hot spot.
Temuan ini berpotensi mengubah pemikiran lama tentang bagaimana Covid-19 menyebar. Sebelumnya, orang yang mendapatkan dua dosis vaksin dan terinfeksi memiliki tingkat jumlah virus yang rendah dan tidak mungkin menularkan kepada orang lain. Data baru menunjukan sebaliknya, terutama dengan varian Delta.
Di Provincetown, wisata pantai di Cape Cod dengan tingkat vaksinasi tertinggi di Massachusetts, sejauh ini memiliki 900 kasus Covid-19. Sekitar tiga perempat kasus adalah orang-orang yang telah divaksinasi lengkap.
Travis Dagenais, salah satu yang mendapatkan dua dosis vaksin dan terkena infeksi, membuat pesan menarik. “Berpesta di keramaian malam selama liburan 4 Juli adalah kesalahan.”
Menurut warga Boston berusia 35 tahun itu, pesan publik yang dominan adalah vaksin membawa kita kembali norma. “Ternyata tidak. Vaksin adalah salah satu langkah menuju normal.”
Negara bagian Massachusetts mencabut semua pembatasan Covid-19 akhir Mei 2021, atau jelang hari peringatan tradisional yang dimulai musim panas. Provincetown pekan ini memberlakukan kembali persyaratan masker dalam ruang untuk semua orang.
Dokumen internal yang bocor tentang infeksi terobosan — atau orang yang divaksinasi tapi masih terkena infeksi — dan varian Delta menunjukan CDC mungkin mempertimbangkan perubahan lain tentang bagaimana memerangi virus korona.
Misal, merekomendasikan kembali pemakaian masker untuk semua orang dan memberikan vaksin untuk dokter dan petugas kesehatan.
Varian Delta, yang kali pertama terdeteksi di India, menyebabkan infeksi yang lebih menular dibanding flu biasa, cacar, dan virus Ebola, dan sama menularnya dengan cacar air. Kasus Provincetown adalah faktanya.
Dokumen tu diperoleh surat kabar The Washington Post. Dalam dokumen disebutkan vaksin masih sangat efektif melawan varian Delta dalam mencegah penyakit serius dan kematian.
Disebutkan, dokumen itu menyoroti tantangan besar yang dihadapi CDC untuk menghadapi publik. Salah satu poin menyarankan untuk mengakui bahwa perang telah berubah, sebagai referensi untuk memperdalam kekhawatiran bahwa jutaan yang yang divaksinasi dapat menjadi sumber penyebaran yang luas.
Respon Gedung Putih
Gedung Putih masih bersikukuh pada pendekatannya tentang perlunya lebih banyak orang divaksinasi. “Kami butuh lebih banyak orang menerima vaksin,” kata Karni Jean-Pierre, juru bicara Gedung Putih.
Mengenai kemungkinan panduan berubah, Jean-Pierre berulang kali mengatakan; “Kami tidak membuat keputusan seperti itu saat ini.”
Orang-orang dengan infeksi terobosan membuat porsi rawat inap dan kematian di rumah sakit di antara pasien Covid-19. Itu terjadi bertepatan dengan penyebaran varian Delta.
Meski kebanyakan ahli setuju dengan revisi panduan CDC, beberapa pakar mengatakan laporan tentang wabah Provincetown tidak membuktikan orang yang divaksinasi adalah sumber infeksi baru yang signifikan.
“Ada kemungkinan ilimiah untuk rekomendasi, tapi tidak berasal dari penelitian itu,” kata Jennifer Nuzzo, peneliti kesehatan masyarakat Universitas John Hopkins.
Laporan CDS didasarkan pada 470 kasus Covid-19 yang terkait dengan peryaan Provincetown, termasuk acara liburan di dalam dan luar ruang yang padat di bar, restoran, wisma, dan rumah sewaan.
Para peneliti melakukan tes pada sebagian dari mereka dan menemukan tingkat virus yang kira-kira sama pada orang yang divaksinasi penuh dan yang tidak.
Sebanyak 80 persen yang divaksinsi penuh terinfeksi dengan gajala paling umum; batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan demam.
Dr Angela Rasmussen, ahli virologi Universitas Saskatchewan, mengatakan ukuran yang digunakan peneliti untuk menilai seberapa banyak virus yang dibawa orang terinfeksi tidak menunjukan apakah mereka benar-benar menularkan virus ke orang lain.
Pejabat CDC mengatakan lebih banyak data akan datang. Peneliti masih melacak kasus-kasus infeksi terobosan sebagai bagian studi yang jauh lebih besar, dengan melibatkan puluhan ribu orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi di seluruh AS.