Crispy

Bagaimana Tanpa Lock-Down Korea Selatan Bisa Kalahkan Covid-19?

Pemerintah Korea merespons cepat begitu kabar tentang virus baru dari Wuhan beredar. Tak ada wacana kosong di birokrasi seputar corona, sebagaimana sebuah negara mempersoalkan nasi kucing, misalnya.

JERNIH– Respons cepat Korea Selatan untuk menahan Covid-19 adalah kunci untuk menghindari pandemi terburuk tanpa memberlakukan kuncian. Demikian pesan yang disampaikan Presiden Moon Jae-in kepada World Economic Forum yang digelar Rabu (27/1).

Dia mengatakan “tidak ada orang yang rentan tertinggal” karena negara itu memperkenalkan tes cepat segera setelah Organisasi Kesehatan Dunia WHO memberi tahu pihak berwenang tentang penyakit pernapasan yang muncul di wilayah Hubei, Cina.

Korea Selatan telah menerima pujian internasional atas penanganan Covid-19. Negeri itu mencatat 76.429 kasus yang dikonfirmasi dan hanya 1.378 kematian selama pandemi, sebagaimana data Universitas Johns Hopkins. Negara ini memiliki populasi 51 juta penduduk.

Pemerintah tidak memberlakukan penguncian apa pun dan tetap membuka perbatasannya, meskipun para pelancong harus melakukan karantina di pemusatan yang disetujui pemerintah selama dua minggu setelah kedatangan.

Tetapi Moon mengatakan negara itu siap menghadapi yang terburuk setelah kasus pertama dilaporkan pada 20 Januari tahun lalu. “Ketika Korea menjadi negara kedua yang menjadi mangsa Covid-19, kami memprioritaskan untuk tetap berpegang pada prinsip inklusivitas, di mana kami tidak meninggalkan orang yang rentan,” katanya. “Kami melakukan pengujian dan pengobatan yang cepat dan gratis untuk pasien di karantina, terlepas dari kebangsaan mereka.”

Dia berbicara tentang bagaimana Korea Selatan, di mana pemakaian masker tersebar luas sebelum pandemi, mengidentifikasi bahwa potensi masalah adalah kekurangan APD.

“Ketika ada kekurangan masker, kami memperkenalkan sistem penjatahan rotasi lima hari, yang memungkinkan sebanyak mungkin orang Korea membeli masker sebanyak yang mereka butuhkan,” kata Moon.

Para ilmuwan menyarankan bahwa tanggapan Korea Selatan terhadap Mers (sindrom pernapasan Timur Tengah) pada tahun 2015, telah mempersiapkannya untuk pandemi Covid-19.

Hyunmi Park, seorang ahli bedah lulusan Inggris yang sekarang menjadi profesor tamu dalam bedah robotik di Rumah Sakit Universitas Korea, mengatakan undang-undang baru yang disahkan setelah epidemi tahun 2015, memerintahkan perusahaan kecil dan menengah untuk membuat alat uji cepat atas permintaan pemerintah.

“Tindakan ini berarti 120.000 tes dapat dilakukan setiap hari dengan segera,”kata Prof Park kepada British Medical Journal.

Presiden Moon mengakui, Korea Selatan memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan karena negara itu bertujuan membuat kekebalan kawanan terhadap Covid-19 dan kampanye vaksinasi dimulai bulan depan. Mereka akan memulainya dengan kelompok prioritas.  [The National News]

Back to top button