Crispy

Berikut Profesional yang Jadi Pengangguran Ketika Teknologi Kecerdasan Buatan Digunakan

  • Teknologi AI hanya akan menyisakan pekerjaan juru masak, montir mobil, pertanian, minyak dan gas, serta kehutanan.
  • Namun, ekspektasi orang terhadap AI terlalu berlebihan. Aplikasi AI membutuhkan energi yang besar.

JERNIH — Industri teknologi sedang mengalami transformasi signifikan akibat kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. AI akan menantang monopoli Google dalam pencarian internet, dan secara radikal mengubah dunia kerja sehari-hari.

Pengubahan tidak hanya terbatas di Silicon Valley, tapi juga di seluruh dunia. Berikut adalah hasil dua penelitian yang membahas konsekuensi revolusi AI di dunia kerja.

Studi pertama yang dilakukan pencipta ChatGPT. Peneliti dari perusahaan rintisan OpenAI, bekerja sama dengan ilmuwan University of Pennsylvania, mencari tahu pekerjaan apa saja yang terpengaruh ChatGPT.

Hasilnya, akuntan termasuk kelompok profesional yang paling terpengaruh oleh kemungkinan kecerdasan buatan generatif. Setidaknya, setengah dari tugas akuntansi dapat dilakukan lebih cepat dengan AI.

Lainnya adalah ahli matematika, programer, penerjemah, penulis, dan jurnalis, harus siap kehilangan pekerjaan. AI akan mengambil alih beberapa tugas mereka, dan membiarkan orang-orang yang berprofesi di bidang ini menjadi pangangguran.

Meski sistem AI saat ini masih berhalusinasi fakta yang salam dalam jawaban, kelak teknologi ini memberikan hasil luar biasa dalam tugas-tugas penerjemahan, klasifikasi, penulisan kreatif, dan pembuatan kode.

Peneliti OpenAI dan University of Pennsylvania berasumsi bahwa model bahasa AI akan mengubah sebagian besar tempat kerja dengan cara tertentu.

Sekitar 80 persen pekerja di AS melakukan pekerjaan dengan satu tugas dapat diselesaikan lebih cepat dengan AI generatif. Namun, ada profesi ketika AI memainkan peran kecil, yaitu juru masak, montir mobil, pekerjaan di produksi minyak dan gas, kehutanan dan pertanian.

AI Generatif: Pengganggu

Dalam sebuah studi, departemen riset di bank investasi Goldman Sachs menghitung apa arti perkembangan ini bagi pasar tenaga kerja secara nyata. Jika AI generatif memberi kemampuan yang dijanjikan, ini dapat menyebbkan gangguan signifikan di pasar kerja.

AI Generatif dipahami sebagai program komputer yang dapat menciptakan ide, konten, atau solusi baru, alih-alih hanya bekerja melalui aturan atau instruksi yang telah ditentukan sebelumnya.

Goldman Sachs memperkirakan dua per tiga pekerjaan saat ini akan terpapar pada beberapa tingkat otomatisasi AI. Artinya, AI Generatif dapat menggantikan hingga seperempat pekerjaan saat ini.

“Jika Anda memproyeksikan perkiraan kami di seluruh dunia. AI Generatif dapat membuka otomatisasi setara dengan 300 juta pekerjaan penuh waktu,” demikian kesimpulan penelitian Goldman Sachs.

Hinrich Schütze, direktur Pusat Pemrosesan Informasi dan Bahasa di Universitas Ludwig Maximillian Munich, melihat perkembangan AI Generatif sebagai revolusi teknologi yang dapat dibandingkan dengan internet atau telepon pintar.

Namun, katanya, sistem AI masih jauh dari pemahaman sebenarnya tentang konten topik. “Teknologi dasar untuk pola bahasa hanyalah untuk selalu memprediksi kata berikut, dengan sangat ceroboh, selalu memprediksi kata berikutnya,” kata Schütze.

Konsekuensi Luar Biasa

Menurut Schütze, konsekuensi ini sudah sangat besar. Akan ada perubahan luar biasa dalam cara menulis dan memprogram. Konsekuensi lainnya akan terlihat pada pekerjaan sehari-hari, dengan banyak pekerjaan yang melibatkan pengumpulan dan pemadataan pengetahuan, serta ringkasan penulisan akan hilang.

Namun Schütze memperingatkan AI tidak akan memberi terlalu banyak ruang untuk membuat keputusan di pengadilan, kedokteran, nasihat pajak, atau manajemen asset. AI membuat banyak pernyataan yang tampak meyakinkan, meski faktanya sering salah.

“Orang mengira itu pasti benar jika modelnya begitu. Kenyataannya, model bahasa tidak mampu menilai kepastiannya sendiri. Itulah salah satu masalah terbesar yang kita miliki,” kata Schütze.

Profesor ilmu komputer Christoph Meinel melihat hambatan lain untuk terobosan luas AI di dunia kerja. Menurutnya, AI adalah sistem yang membutuhkan kapasitas komputasi sangat besar, yang dengan demikian melibatkan daya sangat besar.

Tantangan Lingkungan dan Privasi

Menurut Meinel, ekspektasi yang diberikan AI tampak berlebihan dan tidak realistis dalam hal konsumsi energi. Aplikasi AI yang sukses didasarkan pada apa yang disebut pembelajaran mendalam, yaitu pelatihan dengan data dalam jumlah besar.

“Mereka mengkonsumsi banyak energi. Sehingga, memperkenalkan AI dalam skala massal akan menjadi bencana bagi iklim,” kata Meinel. “Jadi, kita perlu mengembangkan sistem AI yang hebat energi.”

Meinel melihat tantangan tidak hanya pada jejak karbon AI yang tinggi tapi juga perlindungan data. “Jika Anda mencoba aplikasi AI terbaru secara online, Anda harus hati-hati mengungkapkan data sensitif,” katanya.

Jadi, setiap orang harus mengetahui pertanyaan dan data mereka untuk membantu melatih model AI dan menjadikannya lebih pintar dan gratis. Misal, jika mengunggah data keuangan rahasia ke platform tertentu untuk presentasi, bersiaplah semua itu menyebabkan terungkapnya rahasia bisnis.

Back to top button