Bikin Malu Rusia di Medan Tempur Ukraina, Jenderal Rustam Muradov Dipecat
- Jenderal Rustam Muradov memaksa pasukannya bergerak di ladang ranjau dan medan terbuka.
- Rusia kehilangan 103 peralatan tempur, termasuk 36 tank, dalam tiga hari, serta ratusan tentara.
JERNIH — Moskwa memecat Jenderal Rustam Muradov, seorang komandan tinggi Rusia di Ukraina, setelah serangan yang gagal di Vuhledar — kota di timur Ukraina.
Mengutip sumber di Kementerian Pertahanan Rusia, The Moscow Times memberitakan serangan ke kota tambang batu bara strategis itu terjadi Januari dan awal Februari. Rusia menderita banyak korban jiwa dan peralatan tempur.
Dalam satu insiden terkenal lusinan tank Rusia tanpa kesulitan dihancurkan setelah mendapat perintah maju dalam satu barisan. Kehancuran disebabkan tank-tank itu tidak dilengkapi pendeteksi ranjau.
Muradov dalah jenderal kawakan dengan pengalaman di Suriah dan Kaukasus Selatan. Pemecatannya memberi gambaran nyata akan dampak internal kegagalan militer Rusia mencapai keuntungan teritorial signifikan dalam serangan berbulan-bulan ke Donbass, sebelah timur Ukraina
Desas-desus pemecatan Muradov beredar di saluran Telegram pro-perang Rusia dalam beberapa hari terakhir, tapi belum ada konfirmasi resmi. Kemenhan Rusia juga tidak segera menanggapi permintaan komentar The Moscow Times.
Sumber di Distrik Militer Timur Rusia dan Staf Umum AB Rusia mengatakan Muradov dibebas-tugaskan dari komandonya di Distrik Militer Timur. Kedua sumber itu berbicara secara anonim karena tidak berwenang ngomong terbuka.
Di Vuhledar, selama puncak serangan pada Februari, unit-unit yang dipimpin Muradov kehilangan 103 peralatan tempur dalam tiga hari, termasuk 36 tank. Pasukan Muradov hanya bisa menghancurkan 20 peralatan militer Ukraina, termasuk dua tank.
Michael Kofman, seorang analis militer, mengatakan Muradov menginstruksikan militernya berulang kali menyerang dalam formasi mekanis kecil melalui ladang ranjau dan melintasi medan terbuka.
“Mereka tidak mencapai Vuhledar,” kata Kofman.
Blogger pro-perang yang berpengaruh, dan tentara yang bertugas di bawahnya, mengkritik kepemimpinan Muradov dengan menyebutnya sang jenderal tidak menghormati nyawa tentara.
Tingkat korban sangat tinggi dikabarkan Brigade Infanteri AL Pengawal ke 55 dan Brigade Infanteri AL ke-40 yang berada di dekat Vuhledar. Seorang marinir yang selamat mengatakan satu kompi unit berisi 100 orang pulang dengan menyisakan delapan orang.
“Saya berharap ditawan Ukraina dan tidak pernah kembali,” kata marinir yang selamat itu kepada situs berita lokal.