Crispy

Cegah Keluar Negeri, Iran Turunkan Istri Bintang Sepakbolanya dari Pesawat

Pengadilan Iran telah melarang istri Daei bepergian ke luar negeri. Berkaitan dengan penerbangannya, pihak berwenang memerintahkan pesawat Mahan Air yang dia tumpangi untuk mendarat di Pulau Kish, sebuah pulau milik Iran di Kawasan Teluk. “Saya benar-benar tidak tahu alasan untuk itu. Seolah-olah mereka ingin menangkap seorang teroris,” kata Ali Daei kepada kantor berita ISNA.

JERNIH–Untuk mencegah istri mantan kapten tim nasional sepakbolanya, Ali Daei, keluar negeri, pemerintah Iran pada Senin (28/12) lalu mengubah rute penerbangan pesawat yang sedianya menuju Dubai, menurunkannya di satu pulau. Istri Ali Daei menjadi target pemerintah karena mendukung protes anti-pemerintah yang masih merebak di Iran.  

Di saat yang sama Teheran juga mengatakan penangkapan warga Iran yang terkait dengan Inggris mencerminkan “peran destruktif” negara Eropa itu dalam lebih dari tiga bulan kerusuhan yang terjadi.

Sejak pertengahan September, warga Iran terus melancarkan demonstrasi terkait kematian Mahsa Amini, seorang gadis yang ditangkap polisi moral Iran karena kedapatan tidak memakai hijab yang layak, sesuai undang-undang di negara itu. Kematian Amini dengan segera menyulut demonstrasi di hampir seluruh kota besar di negara tersebut.

Namun demikian, berita tentang rangkaian demonstrasi tersebut tidak banyak tersebar keluar, terutama karena ditutupnya berbagai platform media sosial oleh pemerintah. Layanan yang dapat membantu warga Iran keluar dari pembatasan internet adalah Starlink, layanan broadband berbasis satelit yang dioperasikan SpaceX milik Elon Musk. Musk pada Senin lalu mengatakan bahwa perusahaannya kini memiliki hampir 100 pelanggan Starlink aktif di Iran.

Pengadilan Iran telah melarang istri Daei bepergian ke luar negeri. Berkaitan dengan penerbangannya, pihak berwenang memerintahkan pesawat Mahan Air yang dia tumpangi untuk mendarat di Pulau Kish, sebuah pulau milik Iran di Kawasan Teluk.

“Saya benar-benar tidak tahu alasan untuk itu. Seolah-olah mereka ingin menangkap seorang teroris,” kata Ali Daei kepada kantor berita setengah resmi ISNA.

Setelah dirinya menyuarakan dukungan untuk terhadap demo di media sosial, pihak berwenang bulan ini menutup toko perhiasan dan restoran miliknya.

Terkait maraknya demonstrasi antipemerintah, Iran menuduh negara-negara Barat, Israel dan Arab Saudi mengobarkan kerusuhan. Tuduhan itu disertai penangkapan kepada puluhan orang berkewarganegaraan ganda, bagian dari narasi resmi saat ini.

Saat ditanya seorang reporter untuk mengomentari penangkapan tujuh orang yang dikaitkan dengan Inggris, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan, “Beberapa negara, terutama yang Anda sebutkan, memiliki peran yang tidak konstruktif terkait perkembangan terakhir di Iran. Mereka benar-benar merusak dan menghasut kerusuhan.”

Kementerian luar negeri Inggris mengatakan sedang mencari informasi lebih lanjut dari otoritas Iran tentang penangkapan yang dilaporkan.

Sementara itu kelompok Hak Asasi Manusia, HRANA, mengatakan hingga saat ini telah 18.500 orang ditangkap selama kerusuhan. Pejabat pemerintah di sisi lain, mengatakan sebagian besar mereka telah dibebaskan. Selain penangkapan, pihak berwenang juga memberlakukan larangan perjalanan terhadap puluhan artis, pengacara, jurnalis, dan selebritas karena mendukung protes tersebut.

HRANA juga mengatakan bahwa hingga 25 Desember, 507 pengunjuk rasa telah tewas, termasuk 69 anak di bawah umur, serta 66 anggota pasukan keamanan.

Mata uang Iran, Rial, pada Senin lalu jatuh ke rekor terendah, yakni 415.400 terhadap dollar AS, menurut situs valuta asing Bonbast.com. Nilainya telah berkurang 24 persen sejak protes dimulai. [Reuters/Japan Times]

Back to top button