Crispy

Cina Rilis Data Uji Klinis Vaksin Sinopharm Wuhan dan Convidecia, Kemanjuran 72 dan 65 Persen

  • Sinopharm Wuhan harus menunggu berbulan-bulan sebelum merilis tingkat kemanjuran vaksin.
  • Convidecia adalah vaksin yang dibuat CanSino bersama Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

JERNIH — Berbulan-bulan ditunggu, Wuhan Institute of Biological Products merilis data uji klinis Fase 3 vaksin Sinopharm Wuhan yang memiliki tingkat kemanjuran 72,5 persen.

Hari yang sama, Rabu 24 Februari, CanSino Biologics — perusahaan farmasi yang berbasis di Tianjin — mengumumkan analisis sementara uji coba vaksin Convidecia tahap akhir dengan tingkat kemanjuran 65 persen.

Kedua perusahaan berharap vaksin mereka mendapat persetujuaan untuk digunakan secara umum di Cina. Aplikasi diajukan ke Badan Produk Medis Cina pekan ini.

Vaksin Sinopharm yang dibuat di Beijing telah mendapat persetujuan untuk penggunaan umum. Sebelumnya, SinoVac — yang memiliki tingkat kemanjuran 50,6 persen dalam uji klinis di Brasil — juga telah digunakan.

Convidecia masih telah mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat di Meksiko dan Pakistan.

Sinopharm adalah perusahaan negara yang meluncurkan dua vaksin. Sinopharm Beijing lebih dulu menggelar uji klinis dan sukses. Sinopharm Wuhan harus menunggu berbulan-bulan sebelum memastikan kemanjuran vaksin buatannya.

CanSino, yang berpengalaman mengembangkan vaksin Ebola, mengatakan vaksin Convidecia efektif melindungi penerima dari gejala penyakit parah.

Convidecia dikembangkan bekerjasama dengan Akademi Ilmu Kedokteran Militer, sebuah lembaga yang dijalankan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Jenderal Chen Wei, satu dari empat orang paling dihormati Presiden Xi Jinping, menguji vaksin Convidecia kepada sukarelawan sehat di Wuhan, Maret 2020.

Terlepas dari klaim perusahaan-perusahaan farmasi Cina, beberapa pemimpin Barat mempertanyakan transparansi Beijing. Presiden Prancis Emmanuel Macron, misalnya, mengatakan tidak ada informasi vaksin Cina dapat diandalkan.

Namun, Hongaria membeli vaksin Cina setelah AstraZeneca menunda pengiriman produknya ke Eropa Timur. Sedangkan Beijing belum menyetujui penggunaan vaksin dari belahan dunia mana pun untuk digunakan di Cina.

Back to top button