Crispy

Di Era Digital, Pemuda Indonesia Harus Bersatu dan Bangkit

“Dampak negatif era digital itu sangat banyak yaitu hoax, permusuhan, dan provokasi yang dimanfaatkan untuk menyebarkan paham intoleransi dan terorisme. Jadi pemuda saat ini dibutuhkan untuk bisa menentukan, apakah kita masih bersepakat menjaga kedaulatan dan mencegah perpecahan bangsa?”

JAKARTA – Sumpah Pemuda memiliki mendalam bagi mereka yang terlibat pengikraran 93 tahun silam, ketika para pemuda memutuskan dan sepakat jalan yang diambil adalah persatuan. Ketika dahulu semangat persatuan muncul untuk melawan kolonialisme dan memperjuangkan kemerdekaan. Kini, pemuda menghadapi musuh nyata bersama yaitu radikalisme dan terorisme yang didukung oleh kemajuan teknologi digital.

Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho, menjelaskan saat ini dibutuhkan peran pemuda untuk bersatu dan merefleksikan kembali menjaga kedaulatan bangsa dan melanjutkan sumpah pemuda, mengingat bangsa kerap diguncang oleh isu-isu yang merujuk pada perpecahan.

“Dampak negatif era digital itu sangat banyak yaitu hoax, permusuhan, dan provokasi yang dimanfaatkan untuk menyebarkan paham intoleransi dan terorisme. Jadi pemuda saat ini dibutuhkan untuk bisa menentukan, apakah kita masih bersepakat menjaga kedaulatan dan mencegah perpecahan bangsa?” ujarnya di Jakarta, Minggu (31/10/2021).

Komitmen untuk bersatu dan menjadi bagian dalam menjaga kedaulatan bangsa sebagaimana para pendahulu kala itu, harus dibekali dengan beberapa poin dasar dalam konteks era digital. Pertama, melindungi diri sendiri dari berbagai manipulasi informasi yang menjauhkan dari semangat kebangsaan dan persatuan serta semangat Pancasila. Kedua, melindungi keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar. Ketiga, melindungi bangsa.

Menurut Septiaji dibutuhkan empat pilar yang perlu dimiliki para pemuda di era digital. Pertama, keahlian atau kecakapan. Kedua, budaya digital yang baik, ketiga etika digital, dan keempat keamanan digital.

“Empat pilar tersebut bisa melindungi, memperkuat, dan memperkaya wawasan para pemuda untuk memastikan agar mereka tidak menjadi korban manipulasi informasi, hoax, konten provokatif yang tidak beretika,” katanya.

Disamping empat pilar di atas, ia juga menyinggung mengenai kepekaan pemuda akan toleransi. Karena menurutnya, toleransi menjadi sangat penting agar para penerus bangsa dari negeri yang kaya akan keberagaman tidak boleh gagap toleransi.

Diharapakan para pemuda tidak cukup hanya memiliki toleransi, tetapi juga bisa mengambil bagian dengan menjaga dan melindungi toleransi untuk mengikis akar masalah radikalisme dan terorisme. Karena itu, mengingatkan peran serta dukungan pemerintah, tokoh masyarakat, dan stakeholder lainnya sangat diperlukan dalam mendukung dan mengarahkan energi para pemuda kepada hal yang positif dan produktif.

Ia menilai, karakter pemuda Indonesia masa kini adalah pemuda dengan karakter yang menyukai tantangan, meski begitu ada celah bagi pemerintah dan para stakeholder untuk masuk dan mendorong para pemuda menjadi agen perubahan, sebab memiliki inisiatif dan jati diri yang kuat, sehingga terhindar dari paham yang merujuk pada radikalisme dan terorisme.

“Memperingati Sumpah Pemuda, kami menginisiasi kegiatan dialog kebangsaan bersama pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia untuk me-refresh kembali pemahaman, bahwa tantangan di era digital itu akan cepat selesai jika pemuda ikut turun tangan. Kita mengajak para pemuda bergabung menjernihkan ekosistem disinformasi di Indonesia,” kata dia.

Dengan peran serta pemuda, dirinya optimis di tahun 2050 mendatang, bangsa ini akan menjadi bangsa maju dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dan hal ini akan terwujud jika pemuda mau mengambil peran dan terlibat menjaga kedaulatan bangsa.

Back to top button