Crispy

Di Selandia Baru, Lockdown Picu Panic Buying Mainan Seks

  • Penjualan sex toys bergerak naik sejak WHO mengumumkan pandemi Covid-19.
  • Penjualan meningkat tiga kali lipat di Australia, Inggris, dan Selandia Baru, setelah lockdown diumumkan.
  • Muncul kekhawatiran akan kelangkaan kondom, karena Malaysia Karex tak berproduksi.

Wellington — Di banyak negara, orang berbondong-bondong panic buying memborong bahan makanan dan toilet. Di Selandia Baru, toko sex toys mencatat kenaikan penjualan tiga kali lipat setelah PM Jacinta Ardern mengumumkan lockdown sebulan penuh.

Selandia Baru membelakukan penguncian sejak 25 Maret lalu. Adult Toy Megastore, perusahaan penjualan mainan seks di Selandia Baru, mencatat kenaikan tiga kali lipat dalam 48 jam.

“Kami menjual banyak ‘mainan pemula’. Itu sangat populer,” kata Emily Writes, juru bicara Adult Toys Megastore. “Orang-orang mengatakan punya banyak waktu, dan ingin mencoba sesuatu yang baru.”

Tidak hanya sex toys, penjualan kondom, pelumas, dan cangkir menstruasi juga melonjak, setelah PM Ardern mengumumkan lockdown.

Mainan seks untuk papan atas, atau bukan pemula, masih terus mengalami peningkatan. Setelah bosan dengan mainan untuk pemula, warga ingin mencoba mainan seks yang lain.

The Guardian menulis peningkatan penjualan mainan seks juga terjadi di Australia dan Inggris. Di kedua negara ini, penjualan bergerak naik sejak Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pandemi Covid-19 pada 11 Maret.

Di Australia, toko online mainan seks dibuat sibuk luar biasa pada 22 Maret 2020, atau ketika PM Scott Morrison mengumumkan menutup semua bar. Situasi serupa terjadi Inggris, sehari sebelumnya.

“Mungkin orang berpikir tidak bisa pergi ke bar, tidak bisa kencan. Jadi, beli mainan seks aja,” kata Emily Writes.

Di Selandia Baru, Adult Toy Megastore menjadi satu-satunya toko non-makanan yang dibiarkan beroperasi selama penguncian. Alasannya, toko ini juga menjual kondom.

Muncul kekhawatiran terjadi kelangkaan kondom secara nasional, menyusul tutupnya Malaysia Karex — salah satu produsen kondom dunia. PBB juga telah mengingatkan kemungkinan ini.

Manajemen Malaysia Karex telah meminta pemerintahan PM Muhyiddin Yassin mengijinkan produksi kondom lagi, agar kebutuhan dunia akan kondom sebanyak 200 juta teratasi. Kuala Lumpur memberi ijin, tapi dengan jumlah tenaga kerja setengahnya.

Organisasi Keluarga Berencana Selandia Baru menghadapi persoalan lain. Mereka kebanjiran konsultasi telepon setiap pekan.

“Kebanyakan meminta kontrasepsi oral, karena persediaan di apotek di seluruh Selandia Baru semakin rendah,” kata Beth Messenger, juru bicara Organisasi Keluarga Berencana.

Back to top button