Di Tengah Pandemi Covid-19, Kinerja Perdagangan Luar Negeri Jatim Membaik
Khofifah menyampaikan bahwa komoditas perhiasan-permata memberikan kontribusi terbesar, yaitu 24,23 persen terhadap ekspor nonmigas Jawa Timur dan mencatatkan kenaikan terbesar yaitu 60,48 persen dibandingkan dengan Januari-Mei 2019.
SURABAYA— Di tengah pandemi covid-19 dan menurunnya kinerja perekonomian secara global, neraca perdagangan luar negeri Jawa Timur periode Januari-Mei 2020 cukup menggembirakan.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan data neraca perdagangan Jatim periode Januari-Mei 2020 yang relatif lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 dengan nilai defisit yang mengecil dari 1,43 miliar dolar AS menjadi 0,11 miliar dlar AS. Terdiri dari neraca perdagangan migas defisit 1,32 miliar dolar AS dan neraca perdagangan non-migas surplus 1,21 miliar dolar AS.
“Membaiknya neraca perdagangan luar negeri Jatim periode Januari-Mei 2020 ini ditopang oleh ekspor non migas yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.828,57 persen, dari defisit 0,07 miliar dolar menjadi surplus 1,21 miliar dolar AS”, kata Khofifah.
Perhiasan-permata menjadi penyelamat bagi ekspor nonmigas Jawa Timur pada masa pandemi ini. Kondisi prekonomian global yang tidak pasti mendorong masyarakat untuk memilih perhiasan/permata sebagai sarana investasi yang aman dan memadai (safe heaven).
Khofifah menyampaikan bahwa komoditas perhiasan-permata memberikan kontribusi terbesar, yaitu 24,23 persen terhadap ekspor nonmigas Jawa Timur dan mencatatkan kenaikan terbesar yaitu 60,48 persen dibandingkan dengan Januari-Mei 2019. Swiss adalah salah satu negara tujuan ekspor perhiasan-permata dan pada periode Januari-Mei 2020 nilai ekspor ke Swiss meningkat sebesar 231,39 persen dibandingkan Januari-Mei 2019.
Meskipun begitu, harus diakui bahwa pandemi covid-19 tetap berimbas terhadap neraca perdagangan luar negeri Jawa Timur. Penurunan aktivitas produksi industri karena adanya pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat maupun perusahaan menyebabkan terjadinya penurunan impor bahan baku/penolong, utamanya penurunan yang sangat signifikan terjadi pada komoditas Besi dan Baja yang turun 29,28 persen.
Saat ini Pemerintah mulai melakukan pemulihan aktivitas perdagangan dan industri yang diharapkan mampu kembali menggerakkan kinerja perekonomian. Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan memperkuat kapasitas sektor yang berkontribusi signifikan terhadap kinerja perdagangan, di antaranya perhiasan-permata.
“Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk mengatasi hambatan perdagangan baik itu bea masuk maupun regulasi impor di beberapa negara,” kata Khofifah.
Gubernur Khofifah optimistis, neraca perdagangan akan segera membaik, stimulus kepada pelaku usaha baik di sektor industri maupun perdagangan diberikan melalui pendampingan, bantuan permodalan, pelatihan dan sosialisasi.
Pandemi covid-19 nyatanya telah menggeser pola konsumsi masyarakat global. Komoditas pangan dan produk kesehatan menjadi komoditas yang diprediksi akan mengalami peningkatan ekspor ke depannya. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu komoditas unggulan di Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 34,96 persen terhadap sektor industri pengolahan, sedangkan industri kimia, farmasi dan obat tradisional berkontribusi sebesar 6,47 persen.
“Karena itu peluang bagi Jawa Timur masih sangat luas. Pemerintah siap memberikan dukungan dan pendampingan bagi para pelaku usaha untuk bersama-sama memulihkan kinerja perekonomian,” ujar Khofifah. [ ]