Di Vietnam, Konglomerat Pengemplang Pinjaman Dijatuhi Hukuman Mati
- Vietnam menghadapi kenyataan pahit betapa pertumbuhan ekonomi berkelindan dengan korupsi.
- Memberantas atau tidak memberantas korupsi sama menyakitkan.
JERNIH — Truong My Lan, konglomerat properti dan pemilik Van Thinh Phat Holdings Group, Kamis 11 April dinyatakan bersalah dalam kasus penipuan keuangan 12,46 miliar dolar AS, atau Rp 119 triliun lebih, dan dijatuhi hukuman mati.
Panel terdiri dari tiga juri dan dua hakim menolak semua argumen pembelaan My Lan. Dalam sidang yang digelar di Ho Chi Minh City, dulu bernama Saigon, My Lan dinyatakan bersalah atas penggelapan, penyuapan, dan pelanggaran peraturan perbankan.
“Perbuatan terdakwa mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pimpinan Partai Komunis Vietnam dan negara,” bunyi keputusan akhir hakim.
Ingin Bunuh Diri
Persidangan My Lan berlangsung lima pekan. My Lan tidak sendiri. Bersamanya, 85 orang juga menghadapi putusan dan hukuman atas tuduhan penyuapan, penyalahgunaan kekuasaan hingga perampasan dan pelanggaran hukum perbankan.
My Lan membantah semua tuduhan dan menyalahkan bawahannya. Jaksa menemukan bukti My Lan dan kaki tangannya menyedot 12,5 miliar dolar dari Saigon Commercial Bank (SCB) yang dikendalikan melalui proxy-nya di manajemen bank.
Awal 2018 sampai 2022, ketika negara memberi dana talangan kepada SCB yang kehabisan simpana, My Lan mengambil sejumlah besar dana talangan dengan mengatur pinjaman tidak sah kepada perusahaan cangkang.
Jaksa mengatakan total kerugian akibat penipuan itu berjumlah 27 miliar dolar, atau Rp 431 triliun, setara enam persen produk domestik bruto (PDB) Vietnam tahun 2023.
Penangkapan terhadap My Lan adalah bagian pemberantasan korupsi nasional yang dijalankan Partai Komunis Vietnam di bawah kepemimpinan Nguyen Phu Trong. Korupsi melibatkan banyak pejabat dan anggota elite bisnis Vietnam dalam beberapa tahun terakhir.
Vonis mati merupakan hukuman paling berat dalam kasus korupsi di Vietnam. Ia seolah tahu akan dijatuhi hukuman mati.
Ini terlihat dalam pembelaan terakhirnya di pengadilan pekan lalu. Saat itu ia mengatakan ia memikirkan untuk bunuh diri. “Dalam keputusan saya, saya memikirkan kematian,” katanya seperti dikutip sejumlah media pemerintah.
My Lan melanjutkan; “Saya sangat marah karena cukup bodoh untuk terlibat dalam lingkungan bisnis sangat sengit, yaitu sektor perbankan, yang hanya sedikit saya tahu.”
Sebelum vonis dibacakan, seorang anggota keluarga mengatakan My Lan kemungkinan akan mengajukan banding. Pengacara My Lan tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Protes
Setelah penangkapan My Lan, Oktober 2022, ratusan orang melancarkan protes di Hanoi dan Ho Chi Minh City — sebuah peristiwa yang jarang terjadi setelan di negara komunis dengan sistem satu partai.
Polisi mengidentifikasi 42 ribu korban skandal keuangan yang mengejutkan negara Asia Tenggara itu. My Lan menikah dengan pengusaha kaya Hong Kong, yang juga diadili dengan tuduhan membuat aplikasi pinjaman palsu untuk menarik uang dari SCB. Menariknya, suami My Lan adalah pemilik 90 persen saham SCB.
Polisi mengatakan korban penipuan My Lan adalah pemegang obligasi SCB yang tidak dapat menarik dana mereka, serta belum menerima pembayaran bunga sejak penangkapan My Lan.
Selama persidangan, jaksa menyita lebih 1.000 properti milik My Lan. Pihak berwenang mengatakan My Lan menyuap sejumlah bankir SCB, pejabat, dengan maksud menyembunyikan pelanggaran dan tidak mengungkap situasi keuangan perusahaan.
Uang suap yang dikeluarkan My Lan mencapai 5,2 juta dolar AS, atau Rp 832 miliar — jumlah terbesar dalam sejarah korupsi Vietnam.
Do Thi Nhan, kepala tim inspeksi Bank Negara Vietnam yang ditawari suap, dalam persidangan mengatakan; “Uang suap dalam bentuk tunai itu diserahkan kepada dalam kotak syrofoam oleh Vo Tan Van — mantan CEO SCB.
Media pemerintah melaporkan Nhan tahu kotak itu berisi uang. Ia menolak mengambilnya. Tan Van juga menolak mengambilnya.
Sebelumnya, Maret 2024, taipan properti terkemuka Do Ahn Dung – pemimpin Tan Hoang Minh Group — divonis delapan tahun penjara. Ia dinyatakan bersalah mengeruk 355 juta dolar dalam penipuan obligasi.
Menyakitkan
Banyak yang bisa dipelajari dari kasus korupsi yang melibatkan elite bisnis suatu negara. Tahun 2022, saham-saham perusahaan Vietnam anjlok hebat setelah pemerintah melakukan penangkapan terhadap pengusaha.
Kepercayaan investor terguncang. Pada saat yang sama, perekonomian Vietnam terpukul hebat. Padahal, pertumbuhan ekonomi terbilang pesat.
Vietnam digadang-gadang akan menjadi kekuatan ekonomi Asia Tenggara. Pertumbuhan industri yang pesat dan sumber daya manusia (SDM) memadai untuk menyerap teknologi terkini.