Diplomasi Durian A la Anwar Ibrahim

Kisah durian di meja diplomasi Malaysia memperlihatkan bagaimana buah ini bisa melintasi batas budaya sekaligus membuka peluang ekonomi. Malaysia sudah melangkah cepat, Thailand dan Vietnam semakin menguat, sementara Indonesia masih sibuk memenuhi pasar domestik.
JERNIH – Durian Malaysia yang terkenal dengan rasa “pedas” kembali mencuri sorotan. Dalam jamuan makan malam gala para menteri ekonomi Asia Tenggara pekan ini, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menjadikan buah yang kerap menuai pro dan kontra itu sebagai simbol persatuan regional.
“Beberapa dari Anda mungkin belum familiar dengan durian, tetapi saya sangat menyarankan Anda untuk mencobanya,” kata Anwar dalam gala Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN ke-57 di Kuala Lumpur. “Durian itu seperti keju biru – Anda bisa menyukainya atau tidak.”

Disajikan bersama hidangan khas kawasan seperti nasi lemak, gado-gado, dan pad thai, durian — yang di Malaysia dikenal sebagai raja buah — diangkat sebagai penutup jamuan sekaligus lambang budaya ASEAN. Anwar menegaskan bahwa buah berduri itu mencerminkan tekad Malaysia untuk membawa diplomasi ASEAN ke panggung global.
“Malaysia tetap berkomitmen untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif, tidak ada negara anggota yang tertinggal, dan dividen integrasi dibagi secara merata,” tambahnya.
Acara di Kuala Lumpur Convention Centre itu dihadiri oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn, para menteri dari 10 negara anggota, serta mitra dialog. Pertunjukan seni dari penyanyi Marsha Milan Londoh, Shiha Zikir, hingga kelompok budaya lokal menambah semarak suasana.
Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Abdul Aziz, bahkan sempat melontarkan candaan soal menu jamuan. “Meskipun kita mungkin berdebat hidangan mana yang terbaik, kita semua sepakat tidak ada yang meninggalkan makan malam ASEAN dalam keadaan lapar,” ujarnya sambil tersenyum.
Ekspor Durian Malaysia Melonjak
Durian bukan sekadar simbol budaya bagi Malaysia, melainkan juga komoditas bernilai tinggi. Negeri jiran itu mulai mengekspor durian ke China pada Agustus 2023, setelah Beijing merestui aturan baru. Hasilnya, hanya dalam satu tahun, ekspor durian Malaysia ke Negeri Tirai Bambu melesat hingga 24,84 juta ringgit (US$5,6 juta) pada akhir 2024.

Permintaan pasar China meningkat pesat, terutama karena konsumen di sana lebih menyukai durian matang alami — yang dipanen setelah jatuh dari pohon, bukan dipetik sebelum waktunya seperti praktik umum di Thailand dan Vietnam. Metode ini dianggap menghasilkan aroma dan rasa lebih kuat, sesuai selera penikmat durian China.
Hingga 2024, nilai impor durian Tiongkok bahkan menyentuh rekor US$7 miliar. Thailand masih mendominasi dengan ekspor 859.000 ton senilai US$3,7 miliar, disusul Vietnam dengan US$3,3 miliar. Malaysia memang baru di posisi ketiga, namun pertumbuhannya sangat cepat.
Apa Kabar Durian Indonesia?
Indonesia, yang sebenarnya memiliki potensi besar, masih tertinggal dalam gelanggang ekspor durian. Produksi dalam negeri justru mencatat rekor: sepanjang 2024 total produksi mencapai 19,61 juta kuintal (sekitar 1,961 juta ton), dengan Jawa Timur sebagai penyumbang terbesar.

Lebih dari 100 varietas durian telah terdaftar secara resmi di Indonesia. Sebelas di antaranya dikenal sebagai varietas unggulan lokal, seperti Namlung, Petaling, Matahari, Petruk, Kromo Banyumas, Malika, Lai Mas, Balqis, Serombot, dan Pelangi Atururi. Kekayaan genetik ini seharusnya bisa menjadi modal besar untuk menembus pasar dunia.
Namun faktanya, sekitar 90 persen produksi durian Indonesia habis dikonsumsi di dalam negeri. Ekspor masih sangat kecil: pada 2024 hanya sekitar 600 ton dengan nilai US$1,8 juta (Rp29,4 miliar), dengan tujuan utama Hong Kong dan Thailand.
Bagaimana dengan pasar China? Sayangnya, kontribusi Indonesia masih nyaris nol. Meski sudah ada kesepakatan protokol ekspor durian beku, data mencatat sepanjang Januari–Mei 2025 belum ada satu pun pengiriman durian Indonesia ke sana. Duh! (*)
BACA JUGA: Begini Tanggapan Anwar Ibrahim Didesak Mundur Warganya






