Dokter dan Perawat di New York: Virus Rasisme Lebih Berbahaya
New York — Mana lebih penting; memerangi wabah Covid-19, atau tindakan rasis?
Dokter, perawat, dan pekerja yang menangani pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit memilih yang kedua. Mereka terjun dalam aksi protes pembunuhan George Floyd.
Mereka membawa pesan khusus; memprotes pemisahan rasial dalam sistem kesehatan masyarakat.
Mengenakan topeng, scrub rumah sakit, dan peralatan pelindung diri, seratus pekerja medis keluar RS Bellevue di Manhattan, Kamis lalu, untuk menentang rasisme struktural di AS.
Mereka membawa spanduk bertuliskan; Perawatan Kesehatan untuk Semua,” dan “Rasisme Membunuh Pasien Saya.”
Mereka berlutut dalam diam selama delapan menit 46 detik — lamanya waktu Derek Chauvin menekan leher George Floyd dengan lutut, yang membuat warga kulit hitam Minneapolis itu tewas.
“Kami disumpah untuk melayani semua masyarakat. Kami disumpah melindungi kesehatan masyarakat, dan saat ini penggunaan kekuatan berlebihan dan kebrutalan polisi adalah darurat kesehatan masyarakat,” kata Kamini Doobay, seorang dokter darurat di RS Bellevue.
Doobay adalah penyelenggara protes terkoordinasi, yang melibatkan dokter, perawat, dan pekerja medis, dari enam rumah sakit di sekujur New York.
“Sebagai profesional di bidang perawatan kesehatan, saat ini saya berjuang melawan Covid-19. Saya juga harus memerangi virus rasisme,” kata Billy Jean, seorang perawat kulit hitam di tengah massa.
Epidemi virus korona membunuh 21 ribu penduduk New York, dan secara tidak proporsional mempengaruhi komunitas minoritas Afro-Amerika.
Populasi Afro-Amerika mencapai 13,4 persen di AS. Sebanyak 23 persen korban Covid-19 di sekujur AS adalah Afro-Amerika.
Di New York, anggota komunitas kulit hitam yang meninggal akibat Covid-19 dua kali lipat dibanding kulit putih.
Profesional kesehatan mengatakan kurangnya perawatan kesehatan universal menyebabkan kelompok kurang mampu tidak menerima pelayanan sama seperti mereka yang berduit.
“Kami menyaksikan pasien Covid-19 kulit berwarna mati secara tidak proporsional akibat penyakit kronis, tidak mendapatkan tindak lanjut yang tepat, dan kami melihat kekerasan mematikan mengganggu komunitas kulit hitam,” kata dokter Damilola Idowu, yang berusia 28 tahun.
Menurutnya, pria kulit hitam selalu datang ke rumah sakit dengan luka tembak kebrutalan polisi.
Sebelumnya, puluhan dokter dan perawat RS Mount Sinai turun ke jalan untuk memberi tepuk tangan kepada pengunjuk rasa yang berbaris di Fifth Avenue.
Protes spontan juga terjadi di luar rumah sakit lain di New York, dan di kota-kota lain di AS. Salah satunya di Texas Medical Center di Houston dan Howard University Hospital di Washington DC.