CrispyVeritas

Donald Trump: Yahudi Amerika ‘Tidak Suka’ dan ‘Tidak Peduli’ Israel

Pada 2019, selama masa kepresidenannya, saat berpidato di Florida, dia mengatakan bahwa orang-orang Yahudi Amerika “tidak cukup mencintai Israel.” Pada kesempatan lain, dia menuduh orang Yahudi Amerika yang memilih Demokrat sebagai “tidak setia” kepada Israel.

JERNIH– Mantan presiden Donald Trump mengklaim dalam sebuah episode baru podcast bahwa orang-orang Yahudi di Amerika Serikat “tidak menyukai Israel atau tidak peduli dengan Israel”. Ia bahkan mengatakan, New York Times jelas “membenci Israel” meskipun “orang Yahudi yang menjalankan New York Times.”

Komentar Trump kepada jurnalis Barak Ravid itu terdapat dalam episode podcast “Unholy: Two Jews on the news” yang memulai debutnya Kamis (16/12) malam lalu.

“Orang-orang di negara ini yang beragama Yahudi tidak lagi mencintai Israel,” kata Trump dalam wawancara tersebut. “Saya akan memberi tahu Anda bahwa orang-orang Kristen evangelis lebih mencintai Israel daripada orang-orang Yahudi di negara ini.”

Trump juga menyalahkan mantan presiden Barack Obama dan Presiden Biden atas apa yang dicirikan Trump sebagai hilangnya pengaruh Israel di Capitol Hill. Ia juga menyesalkan mengapa Yahudi Amerika memilih dua Demokrat itu dalam jumlah besar.

“Dulu Israel memiliki kekuasaan mutlak atas Kongres, dan hari ini saya pikir justru sebaliknya. Saya pikir Obama dan Biden yang melakukan itu,” kata Trump. “Namun dalam pemilihan, mereka masih mendapatkan banyak suara dari orang-orang Yahudi, yang memberi tahu Anda bahwa orang-orang Yahudi, dan saya sudah mengatakan ini sejak lama, orang-orang Yahudi di Amerika Serikat tidak menyukai Israel, atau tidak peduli dengan Israel.”

Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center selama 14 bulan terakhir pemerintahan Trump menemukan bahwa 82 persen orang Yahudi Amerika mengatakan kepedulian terhadap Israel adalah bagian penting atau penting dalam keberadaan mereka sebagai Yahudi. Lima puluh delapan persen mengatakan mereka terikat secara emosional dengan Israel.

Dalam wawancara yang diputar di podcast itu Trump juga membidik keluarga Sulzberger, yang mengontrol tata kelola perusahaan yang menerbitkan The New York Times.

“Maksud saya, Anda melihat New York Times. New York Times itu benci Israel, membenci mereka, sementara orang Yahudi yang menjalankan New York Times, maksud saya keluarga Sulzberger,”kata Trump.

Saat dihubungi untuk pemberitaan ini, seorang juru bicara The Times menolak berkomentar.

Sulzbergers secara etnis memang Yahudi tetapi tidak menjalani hidup laiknya Yahudi. Mantan pimpinan The Times, Arthur Ochs Sulzberger Jr. dibesarkan sebagai seorang Kristen dalam iman Episkopal ibunya dan kemudian menjadi agnostic, berhenti mempraktikkan agama.

Alur pemikiran dari Trump, yang sering menggembar-gemborkan dukungan pemerintahannya terhadap Israel itu, tidak sepenuhnya baru.

Pada 2019, selama masa kepresidenannya, pada pidato di Florida dia mengatakan orang-orang Yahudi di Amerika “tidak cukup mencintai Israel.” Pada kesempatan lain, dia menuduh orang Yahudi Amerika yang memilih Demokrat sebagai “tidak setia” kepada Israel.

Sebelum kedatangannya di Gedung Putih, Trump juga mengangkat alis banyak orang untuk komentar tentang orang Yahudi AS. Pada tahun 2005, dia sempat menggambarkan dirinya sebagai “dalam bisnis yang sangat Yahudi.”

Trump baru-baru ini menimbulkan kontroversi atas kritiknya yang tidak senonoh terhadap mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah wawancara dengan Ravid.

“Orang pertama yang memberi selamat [kepada Biden] adalah Bibi Netanyahu, pria yang selalu saya perlakukan lebih dari orang lain yang pernah bersepakat dengan saya,” kata Trump. [The Washington Post]

Back to top button