Dr H Adian Husaini Terpilih Sebagai Ketua DDII 2020-2025
JERNIH – Dr H Adian Husaini terpilih sebagai Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) periode 2020-2025. Ia kini memimpin organisasi yang menaungi ribuah para pendakwah di Tanah Air.
DDII didirikan pada 27 Februari 1967. Para pendirinya adalah tokoh-tokoh Islam terkemuka di Indonesia, yang juga para pendiri bangsa (founding fathers), seperti Dr. Mohammad Natsir (Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia), Mr. Mohammad Roem (Menteri Luar Negeri RI, dan penandatangan Perjanjian Roem-Van Roejen), Mr. Sjafroedin Prawiranegara (Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia pertama), Prof. DR. HM Rasjidi (Menteri Agama pertama RI), Mr. Burhanuddin Harahap, Prawoto Mangkusasmito, Prof. Kasman Singodimedjo, dan sebagainya. Kini,
Dr H Adian Husaini, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 17 Desember 1965 dan menetap di Pesantren at-Taqwa Depok. Dia dianggap sebagai garis keras dalam hal interpretasi Islam konservatif. Ia menikah dengan seorang istri bernama Megawati dan dikaruniai tujuh orang anak, yaitu: M. Syamil Fikri (Mhs IPB), Bana Fatahillah (Mhs al-Azhar Kairo), Dina Farhana (Mhs S2 UI), Fatiha Aqsha Kamila (Mhs UNS Solo), Fatih Madini, Alima Pia Rasyida, dan Asad Hadhari (ketiganya santri di Pesantren at-Taqwa Depok).
Ia menjabat posisi penting di berbagai organisasi, selain sebagai Ketua DDII yakni Sekretaris Jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina – Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan anggota majelis Tabligh Muhammadiyah.
Seperti dikutip dari Wikipedia, Adian memperoleh pendidikan Islam di Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro dari tahun 1971 hingga 1977, Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro dari tahun 1981 hingga 1984, Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor dari tahun 1988 hingga 1989, Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, dan LIPIA Jakarta pada tahun 1988.
Gelar sarjana kedokteran hewan diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sedangkan magister hubungan internasional diperoleh dari Program Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul Pragmatisme Kebijakan Luar Negeri Israel. Ia meraih gelar doktor di Institut Pemikiran Islam dan Peradaban-Universitas Islam Internasional Malaysia (ISTAC-IIUM) di bidang pemikiran dan peradaban Islam.
Adian bekerja sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta dan Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations (INSIST), serta staf di Pusat Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Aktivitas akademik lainnya adalah Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, dan Direktur at-Taqwa College Pesantren at-Taqwa Depok, serta anggota Senat Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir.
Ia juga pernah menjadi jurnalis Harian Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, juga dosen Jurnalistik dan Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma’had ‘Aly) Husnayain Jakarta.
Ia menulis banyak buku, dengan sebagian besar karyanya merupakan kritik terhadap anggapan kebangkitan gerakan Islam liberal, khususnya di Indonesia. Bukunya Pluralisme Agama: Haram menantang kritik liberal dan progresif terhadap fatwa oleh Majelis Ulama Indonesia tahun 2005 yang menargetkan pluralisme agama. Dalam tulisannya, ia menganggap pluralisme agama sebagai ideologi yang menganggap semua agama itu benar, sehingga merongrong legitimasi Islam.
Bukunya Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi terpilih sebagai buku terbaik ke-2 Islamic Book Fair Jakarta tahun 2007. Pada forum yang sama setahun sebelumnya, bukunya berjudul Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal menjadi buku non-fiksi terbaik. [*]