Crispy

Ebrahim Raisi Menang Telak di Pilpres Negara Teluk

Hasil ini menandai perubahan signifikan dalam arah pemerintahan di Iran selama delapan tahun di bawah Rouhani. Kemenangannya juga akan memberi lebih banyak kekuatan kepada kelompok garis keras Iran di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina terkait kesepakatan nuklir 2015

JERNIH– Ucapan selamat mengalir untuk presiden baru Republik Islam Iran, Ebrahim Raisi, yang pada Sabtu (19/6) disebut-sebut unggul dalam penghitungan suara dalam pemilihan presiden. Ucapan selamat datang secara khusus dari saingan utamanya, Abdolnasser Hemmati yang mengaku kalah, bahkan sebelum hasil resmi diumumkan.

Tiga kandidat calon presiden lainnya dalam pilpres kali ini juga turut mengucapkan selamat atas kemenangannya. Prediksi kemenangan Ebrahim Raisi sudah diduga mengingat sejumlah tokoh politik berpotensi dilarang mencalonkan diri.

”Saya mengucapkan selamat kepada rakyat atas pilihan mereka,” kata Presiden Hassan Rouhani tanpa menyebut nama Raisi. ”Ucapan selamat resmi akan saya sampaikan nanti, tetapi kita tahu siapa yang mendapat cukup suara dalam pemilihan ini dan siapa yang dipilih oleh rakyat,” kata presiden yang tidak bisa mencalonkan diri lagi setelah menjalani dua masa jabatan empat tahun berturut-turut.

Partisipasi pemilu terendah

Ketua Komisi Pemilu dan Wakil Menteri Dalam Negeri, Yamal Orf, melaporkan bahwa Raisí memperoleh 17.800.000 suara dari total 28.600.000 surat suara yang dihitung sejauh ini, yaitu 62 persen suara. 28,6 juta suara ini, meskipun bukan total akhir, menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah dari putaran sebelumnya, karena ada lebih dari 59 juta orang Iran yang mendapat hak untuk memilih.

Sebagian besar warga yang tidak ikut memilih beralasan karena dari sekitar 600 bakal calon, di antaranya ada 40 perempuan telah dieleminasi. Mantan presiden populis Mahmoud Ahmadinejad, adalah salah satu dari calon yang dilarang untuk maju dalam pilpres oleh Dewan Wali Ulama. Ia turut mengampanyekan untuk memboikot pemilu. ”Saya tidak ingin mengambil bagian dalam dosa ini,” katanya lewat sebuah pesan video.

Pada akhirnya, hanya ada tujuh kandidat yang diseleksi, dan semuanya adalah laki-laki. Tiga kandidat mundur dua hari sebelum pemilu hari Jumat lalu, dan langsung memberi dukungannya kepada Raisi.

Para pemilih yang mencoblos Raisi mengatakan mereka mendukung karena ia telah berjanji untuk memerangi korupsi, dan akan membangun jutaan rumah susun untuk keluarga berpenghasilan rendah.

Siapa Ebrahim Raisi?

Raisi yang berusia 60 tahun akan mengambil alih peran Rouhani setelah dilantik bulan Agustus mendatang. Ia dikenal dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki kekuatan politik tertinggi di Iran. Khamenei-lah yang mengangkatnya sebagai ketua Badan Kehakiman Iran.

Bagi kelompok opisisi dan aktivis HAM yang mengasingkan diri, nama Raisi melekat dengan eksekusi massal kaum Marxis dan kaum kiri pada tahun 1988, saat ia menjadi wakil jaksa Pengadilan Revolusi di Teheran.

Uni Eropa dan AS telah menjatuhkan sanksi kepada Raisi atas perannya dalam pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Iran selama protes anti-pemerintah nasional pada tahun 2019.

Hasil ini menandai perubahan signifikan dalam arah pemerintahan di Iran selama delapan tahun di bawah Rouhani. Kemenangannya juga akan memberi lebih banyak kekuatan kepada kelompok garis keras Iran di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina terkait kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai oleh Iran dan kekuatan dunia.

Saat ini, Iran berada dalam situasi kritis akibat sanksi keras AS yang dijatuhkan oleh pemerintahan Trump, setelah Washington meninggalkan kesepakatan nuklir internasional. Sanksi ini telah menjerumuskan perekonomian Iran ke dalam resesi.

Sebagai presiden, Raisi akan dihadapkan dengan situasi ekonomi negara yang ambruk dan tantangan kebijakan luar negeri. Meskipun presiden memiliki pengaruh signifikan untuk menetapkan arah mulai dari kebijakan ekonomi hingga urusan luar negeri, kekuatan tertinggi di Iran terletak pada pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei. Banyak pengamat melihat Raisi akan menjadi calon penerus Khamenei, sebagai pemimpin tertinggi. [AFP/DPA/AP]

Back to top button