Crispy

Faizah Rafsanjani, Putri Mantan Presiden Iran, Ditangkap dan Dituduh Hasut Demonstrasi

Faizah getol mengkritik pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei dan telah beberapa kali masuk penjara. Pada Desember 2011, pengadilan Teheran memvonis enam bulan penjara bagi Faizah atas dakwaan propaganda melawan penguasa. Dia juga dilarang berpolitik dan melakoni kegiatan jurnalistik selama lima tahun. Dia adalah pendiri Zan, surat kabar khusus perempuan di Iran.

JERNIH–Aparat keamanan Iran pada Selasa (27/9) malam menangkap Faizah Rafsanjani, putri mantan Presiden Iran, Ali Akbar Hasyemi Rafsanjani. Perempuan aktivis itu ditangkap dengan tuduhan menghasut terjadinya demonstrasi di Kawasan selatan Ibu Kota Teheran. Kabar tersebut dilansir kantor berita pelat merah Iran, Tasnim.

Mantan anggota parlemen Iran itu sebelumnya mengecam kematian Mahsa Amini, yang meninggal dalam tahanan polisi syariah. Peristiwa dua pekan lalu itu memicu protes yang  telah menyebar di 40 kota di ke-31 provinsi yang ada di Iran.

Mahsa, gadis 22 tahun, ditangkap karena tidak berjilbab dengan semestinya hingga akhirnya meninggal di Rumah Sakit Karsa di Teheran. Saudara kandung lelaki Faizah, Yasir Rafsanjani, dan anak perempuannya ikut berunjuk rasa di luar rumah sakit memprotes wafatnya Mahsa.

Faizah juga mendukung demonstrasi yang akhirnya menuntut rezim Iran saat ini ditumbangkan. Dia memang getol mengkritik pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei dan telah beberapa kali masuk penjara.

Pada Desember 2011, pengadilan di Teheran memvonis enam bulan penjara bagi Faizah atas dakwaan propaganda melawan penguasa. Dia juga dilarang berpolitik dan melakoni kegiatan jurnalistik selama lima tahun. Dia adalah pendiri Zan, surat kabar khusus perempuan di Iran.

Dua tahun sebelumnya, dia ikut demonstrasi massal menolak terpilihnya lagi Mahmud Ahmadinejad sebagai presiden, karena diyakini terjadi kecurangan dalam pemilihan umum pada 2009.

Faizah memang tokoh pembangkang tersohor. Dalam sebuah diskusi virtual melalui aplikasi Clubhouse, April tahun lalu, kapasitas peserta terisi penuh hanya dalam hitungan menit, seperti ditulis the Atlantic Council.

Panitia sampai membuka ruang diskusi virtual di aplikasi lain, termasuk Spaces di Twitter. Jumlah peserta mencapai hampir 20 ribu orang.

Tidak ada figur oposisi seberani Faizah. Dia lantang dan blak-blakan mengkritik Khamenei. Dia juga pernah meminta Khamenei mundur pada 2020.

Ketika ditanya siapa orang paling ingin diajak berdebat, jawabannya adalah Khamenei.

Pada diskusi virtual lewat aplikasi Clubhouse itu, Faizah menyatakan memboikot pemilihan presiden tahun lalu yang dimenangkan Ibrahim Raisi. Ada dua alasan yang ia kemukakan, rezim tidak serius mengakomodasi calon reformis, dan dia tidak yakin kandidat reformis bisa membuat perubahan ke arah lebih baik.

Dia meyakini kegagalan rezim Mullah yang dibentuk sejak 1979  itu telah merusak citra Islam di kalangan rakyat Iran dan masyarakat internasional. [Tasnim/AlBalad]

Back to top button