Crispy

Gereja Katolik di Asia Beralih ke AI, Perdebatan Penggunaan Kecerdasan Buatan Dimulai

  • Paus Fransiskus memuji manfaat kecerdasan buatan tapi memperingatkan agar tidak menggunakan AI secara tidak etis.
  • AI memungkinkan pembuatan dokumen akhir sinode dalam beberapa menit. Cara konvensional butuh waktu berjam-jam.

JERNIH Gereja Katolik di Asia beralih ke kecerdasan buatan (AI) untuk membuat dokumen yang digunakan gereja yang lebih luas agar para anggotanya dapat ‘berjalan bersama’ lebih dekat.

Vatikan News, outlet berita resmi Vatikan, menerbitkan laporan yang mengungkapkan bahwa penyelenggara sinone di Asia menggunakan AI untuk membantu menyusun dokumen akhir.

Salt and Light Catholic Media Foundation mengatakan sinode adalah pertemuan, biasanya dihadiri para uskup, yang membantu Gereja berjalan maju bersama ke arah yang sama.

Sinode berasal dari syn-hodos, kata dalam Bahasa Yunani, yang artinnya cara yang sama atau jalan yang sama.

Majelis Sinode Kontinental Asia di Bangkok, Thailand, digelar 24-26 Februari sebagai bagian proses sinode global. Vatikan News melaporkan sinode global akan diikuti oleh Sinode tentang Sinodalitas di Roma pada Oktober mendatang.

Majelis Sinode Kontinental Asia yang kali pertama menggabungkan penggunaan teknologi digital untuk mengumpulkan amandemen dan masukan para peserta.

Fr Clarence Devadass, seorang pastor Malaysia yang sebelumnya menjabat sebagai konsultan Dikasteri untuk Dialog Antaragama, mengatakan kepada The Pillar bahwa proses itu dimulai dengan kelompok-kelompok kecil yang bertemu di seluruh majelis untuk membahas tanggapan atas pertanyaan yang diajukan dalam dokumen kerja.

Setelah sesi diskusi, kelompok itu mengirim ringkasan tanggapan menggunakan Formulir Google. Setelah data diterima, jawabannya dimasukan ke dalam perangkat lunak AI.

Kemudian, perintah diberikan, misalnya; dari jawaban di bawah, soroti tema-tema umum. Atau, jawaban mana yang khusus hanya untuk satu kelompok tertentu.

Perintah lainnya, kata Fr Devadass, Apa prioritas utama yang muncul dari data? “Manusia kemudian meninjau data yang dihasilkan AI untuk melihat ketidak-akuratan,” kata Fr Devadass.

Menurut Fr Devadass, cara itu efektif menyortir data dan memilih kata kunci, tapi perlu dipantau oleh manusia untuk memastikan data mencerminkan suasana rumah secara akurat.

AI, lanjut Devadass, melakukan semua itu dalam beberapa menit. Jika menggunakan cara konvensional, perlu sekian jam untuk menghasilkan dokumen akhir.

Perdebatan

Fr Devadass membuat langkah maju, tapi tidak bisa diterima Fr Jeffrey Kirby — pastor Gereja Katolik Our Lady of Grace di Indian Land, South Carolina.

Berbicara kepada Fox News Digital, Fr Kirby mengatakan setiap pengembangan dan/atau penggunaan AI harus tunduk pada pribadi manusia.

“Aset terbesar kita sebagai keluarga manusia adalah kemampuan kita membentuk dan membangun hubungan,” kata Fr Kirby. “Hanya dengan mencintai dan dicintai kita dapat mengetahui nilai dan tujuan hidup.”

Menurut Fr Kirby, AI memiliki tempat terbatas di masyarakat tapi harus selalu melayani kecerdikan dan kreativitas manusia. AI tidak bisa merebut tempat yang menjadi miliki pikiran dan hati manusia.”

“Alkitab mengajarkan kita bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, bukan gambar AI. Kami tidak bisa membiarkan AI mencuri apa yang ada pada manusia,” katanya.

Mengenai penggunaan AI dalam sinode, Fr Kirby mengatakan; “AI tidak termasuk dalam proses sinode. Proses sinode adalah tentang hati berbicara dengan hati. Sinode adalah tentang pertukaran gagasan, perspektif, dan pengalaman hidup.”

“Penggunaan AI dalam proses sinode adalah kematian dari proses otnentik itu sendiri,” ujarnya. “AI tidak memiliki tempat dalam proses sinode.”

Radio Veritas Asia melaporkan Paus Fransiskus — dalam pertemuan dengan ilmuwan dan pakar teknologi — mengatakan inovasi sains dan teknologi harus disertai kesetaraan dan inklusi sosial yang lebih besar.

“Konsep martabat manusia intrinsik menuntut kita untuk mengakui dan menghormati fakta bahwa nilai fundamental seseorang tidak dapat diukur dengan data saja,” katanya.

Paus Fransiskus memuji manfaat kecerdasan buatan tapi memperingatkan agar tidak menggunakan AI secara tidak etis atau tidak bertanggung jawab.

Back to top button