![](https://jernih.co/wp-content/uploads/darah-1.jpg)
Darah bergolongan A menciptakan lingkungan yang “lengket” dalam sistem pernapasan, yang memudahkan virus untuk menginfeksi
JERNIH—Orang-orang dengan golongan darah “A” memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk tertular COVID-19, karena protein lonjakan dapat mengikat lebih mudah dengan sel pernapasan mereka. Hal tersebut merupakan temuan dari Universitas Harvard dan Institut Darah Oklahoma (OBI).
OBI telah mengamati donor darah yang memiliki antibodi COVID-19, dan melihat peningkatan signifikan pada donor darah bergolongan darah A. Dipercaya bahwa molekul “A” yang dimaksud adalah yang memungkinkan hal ini terjadi, karena terdapat lebih sedikit donor dengan darah tipe-O yang memiliki antibodi dibandingkan dengan tipe-A dan tipe-AB.
Temuan ini mengikuti peneliti sebelumnya pada tahun 2020, yang menemukan bahwa golongan darah dapat memengaruhi faktor risiko seseorang untuk tertular COVID-19. Menurut beberapa penelitian, golongan darah-O diyakini memiliki risiko lebih rendah tertular virus.
Tetapi mengapa golongan darah A tampaknya memiliki risiko yang lebih tinggi?
Itu tidak sepenuhnya jelas. Namun menurut CEO dan Presiden OBI, Dr. John Armitage, darah tipe A menciptakan lingkungan “lengket” dalam sistem pernapasan agar virus dapat menginfeksi.
“As memiliki zat yang sangat mirip dengan golongan darah A yang melapisi paru-paru, bronkus, dan saluran pernapasan mereka,” katanya kepada KFOR yang berafiliasi dengan NBC. Dia yakin, hal ini bisa menjelaskan mengapa beberapa orang tertular COVID-19 sementara yang lain tidak, meski bersama-sama dan terpapar pada saat bersamaan.
“Jika Anda memikirkan sebuah keluarga–mungkin seseorang tertular virus dalam sebuah keluarga dari suatu acara atau mereka telah bepergian bersama–mungkin itu pasangan yang sudah menikah dan seseorang terkena infeksi dan yang lainnya tidak—ada kemungkinan itu terkait dengan golongan darah, seseorang mungkin lebih rentan karena bergolongan darah A itu,” kata dia.
Jawaban lain yang dikemukakan oleh penelitian sebelumnya memiliki pendekatan yang berbeda. Misalnya, satu penelitian yang dilakukan di Italia dan Spanyol menunjukkan bahwa wilayah gen yang mengkode golongan darah dikaitkan dengan peningkatan kadar molekul kekebalan utama.
Namun demikian, perbedaan risikonya masih kecil, dan OBI menekankan bahwa kewaspadaan normal tetap harus diambil, terlepas dari golongan darah seseorang. [The Jerusalem Post]