iPod, Legenda Pemutar Musik Digital Perubah Zaman
WWW.JERNIH.COM – Sembilan belas tahun silam, 23 Oktober 2001, Apple membuat sejarah baru dengan mengenalkan perangkat handheld pertama. Gadget yang bisa dibawa, ditenteng, diselipkan, dalam bentuk kompak berisi banyak lagu digital dan lalu dikenal dengan julukan iPod.
Ipod lahir sebagai jawaban atas iTunes yang sudah mengoyak dunia delapan setengah bulan sebelumnya. Software musik ini mulanya disediakan bagi pengguna komputer Mac. Hadirnya iPod membuat penggemar musik memiliki alternatif mendengar musik digital versi legal selayaknya dulu memakai Walkman.
Dalam dunia peripheral sebelum iPod hadir sebenarnya sudah banyak produk MP3 Player. Sejumlah produk China malah sudah menghias toko-toko komputer. Namun kebanyakan memang dirancang tidak bersatuan dengan lagu. Dengan kata lain, hadirnya MP3 player dengan beragam brand itu menyuburkan pembajakan karya lagu.
Di internet lagu-lagu berformat MP3 sangat bejibun jumlahnya. Software pemutarnya pun satu-persatu berdatangan. Lama-lama para pemusik protes keras, akibat lagu-lagunya bertebaran dalam format digital. Bahkan sangat banyak berkualitas sangat buruk dengan bit rendah.
Karena sebab itu lah Steve Jobs memikirkan proyek jangka panjang. Ia menunjuk Jon Rubinstein, VP Hardware untuk menciptakan MP3 player versi Apple. Desainnya dipercayakan kembali ke Jonathan Ive, yang tangan kanan Jobs dalam hal merancang hampir seluruh produk Apple.
Rubinstein harus ke Jepang untuk mendapatkan konsep hard disk drive yang merupakan inti dari iPod agar dapat menyimpan banyak lagu. Hasilnya, ia menemukan produk milik Toshiba dan Apple membeli patennya. Sementara soal interface dan layar mendapatkan inspirasi dari produk telepon Bang&Olufsen serta radio buatan Dieter Rams.
Kurang dari setahun, proyek ini tuntas. iPod generasi pertama dengan layar monokrom dan kontrol model rotator (iPod Click Wheel) di bawahnya hadir dengan kapasitas memori 5 GB. Pemilihan kapasitas ini disiagakan agar mampu menelan setidaknya 1.000 lagu digital.
“Dengan iPod, Apple telah menemukan kategori baru pemutar musik digital yang memungkinkan Anda menyimpan seluruh koleksi musik Anda di saku dan mendengarkannya kemanapun Anda pergi,” kata Steve Jobs, CEO Apple, saat merilisnya.
Sejak itu, iPod tidak hanya memberi inspirasi tentang bagaimana sebuah pemutar musik digital bekerja. Melainkan ikut pula mengubah peta industri musik dunia.
iPod selama 16 tahun melahirkan lima varian, masing-masing; Classic, Mini, Nano, Shuffle dan Touch. iPod Classic memiliki enam generasi. iPod Mini punya dua generasi. Lalu, iPod Nano membanjar tujuh generasi. Berikutnya iPod Shuffle hadir dengan empat generasi. Terakhir iPod Touch mengenalkan tujuh generasi.
Tahun keemasan iPod terjadi di era 2008 hingga 2010. Puncaknya di 2009. Kala itu penjualannya bisa mencapai 220 juta unit di seluruh dunia. Namun kemudian menurun dan terus melambat sampai 2013 jumlah penjualan iPod kembali seperti pada tujuh tahun sebelumnya.
Ketika berada di puncak, iPod benar-benar membuat banyak pesaingnya hanya sekadar menjadi peran pembantu saja. iPod sangat dominan, bahkan di Amerika meraih market share pemutar musik digital sampai 90 persen. Sony Walkman yang sudah berpindah ke MP3 Player, Sansa bikinan SanDisk, Creative buatan Zen, atau Cowon ciptaan iAudio adalah korban-korban persaingan dengan iPod.
Tetapi hadirnya iPod justru menjadi peluang baru bagi industri audiophile lainnya. Tengok Harman Kardon, Kenwood, Alpine, Pioneer bahkan Sony sekalipun lekas-lekas mmebuat perangkat yang kompatibel dengan iPod. Begitu pula Bose, JBL, hingga Belkin. Bagi produsen otomotif saatnya pula menambahkan spesifikasi audio system pada produk-produk barunya dengan kompatabilitas iPod. Seluruh produsen mobil papan atas mengikuti standarisasi Apple, seperti BMW yang bikin kerjasama pertama. Menyusul kemudian Mercedez-Benz, Ferrari, Audi, Honda, Nissan dan berderet nama tenar lainnya.
Industri musik tradisional yang tengah kurang gairah di tahun 2003-2004 sedikitnya terobati oleh hadirnya iPod. Sejak awal Jobs memang ingin mengajak para musisi mengatasi persoalan pembajakan lagu digital mereka. iTunes adalah solusinya. Sedangkan iPod adalah jawabannya.
Sejak itu, pembagian hak cipta diperoleh pula dari penjualan lagu di iTunes dengan mekanisme yang dibuat oleh Apple. Meski sebenarnya, dalam pandangan lain, iTunes pula yang membuat industri musik tradisional terpuruk.
Di saat-saat sedang pro dan kontra atas jalannya industri musik digital ini, Apple bersama U2 pada 2006 merilis iPod 5G edisi khusus. iPod ini disertai tanda tangan keempat anggota band yang terukir di punggungnya. Selain itu untuk pertama kalinya Apple menambahkan warna hitam dengan wheel merah di jajaran iPod yang belum pernah dibuat.
iPod edisi U2 hanya tersedia dengan kapasitas penyimpanan 30 GB. Pembeli edisi khusus berhak mendapatkan video eksklusif dengan 33 menit wawancara dan pertunjukan oleh U2, yang dapat diunduh dari iTunes Store.
Tahun 2017 penjualan iPod benar-benar payah. Menurut Forbes, diam-diam Apple beberapa tahun sebelumnya telah memindahkan iPod ke dalam kategori perangkat lain. Alias tidak lagi berdiri sendiri sebagai lini produk. iPod menyatu dengan Apple Watch maupun AirPods hingga kini. Dengan begitu, sulit melacak penjualan iPod secara murni. Berbeda jika iPod berdiri sebagai lini produk sendiri seperti iPhone atau Mac.
Forbes bahkan menyebut fakta Apple menyembunyikan pendapatan dari iPod adalah tanda bahwa penjualan produk ini telah menyusut.
Namun sejumlah pengamat mengatakan, jebloknya iPod adalah akibat iPhone sendiri sudah memiliki pemutar musik yang setara dengan iPod. Sulit bagi konsumen menggenggam iPod dan iPhone. Sementara dengan iPhone semua fitur sudah diakomodir.
Apple belum menghentikan iPod. Tetapi hanya fokus pada penjualan iPod Touch yang bahkan sudah kalah dengan Apple Watch. Boleh jadi agar tetap menjaga legacy Mr Jobs. (*)