Wuhan — Cina meremehkan penyebaran virus misterius, dengan mengatakan 45 orang terinfeksi sindrom pernafasan akut seperti SARS dan MERS. Penelitian Imperial College London menunjukan 1.723 orang kemungkinan telah terinfeksi sampai 12 Januari 2020.
Pejabat Cina menghubungkan infeksi virus dengan pasar makanan laut dan margasatwa di Wuhan, yang telah ditutup sejak 1 Januari 2020 untuk mencegah penyebaran penyakit.
Namun, tiga turis — dua dari Thailand dan satu dari Jepang — yang mengunjungi Wuhan tapi tidak ke pasar diidentifikasi terinfeksi. Ketiganya kemungkinan korban penularan virus dari manusia ke manusia.
Muncul kekhawatiran akan kemungkinan itu. Terlebih, penelitian Imperial College hanya perkiraan dan didasarkan pada beberapa asumsi, termasuk jumlah kasus yang diekspor ke Thailand dan Jepang.
Neil Ferguson, ilmuwan wabah penyakit Imperial College London, mengatakan banyak aspek coronavirus Wuhan sangat tidak pasti.
“Namun penemuan tiga kasus di luar Cina sangat mengkhawatirkan,” kata Ferguson. “Kami menghitung, berdasarkan data penerbangan dan populasi, kemungkin seseorang terinfeksi virus Wuhan adalah satu berbanding 574.
“Ini menyiratkan mungkin ada lebih 1.700 kasus di Wuhan sejauh ini,” kata Ferguson.
Ada banyak yang tidak diketahui. Artinya, ketidakpastian di sekitar perkiraan ini berubah dari 190 kasus menjadi lebih 4.000.
Besarnya angka-angka itu menunjukan penularan dari manusia ke manusia tidak dapat dikesampingkan. Rekomendasinya, perlu peningkatan pengawasan, pembagian informasi yang cepat, dan kesiapan.
Tiga bandara di AS mulai menyaring pendatang dari Wuhan, untuk mencegah virus masuk ke AS. Pendatang dari Wuhan yang batuk-batuk, sulit bernafas, dan suhu badan tinggi, akan diperiksa.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memngumumkan telah mengerahkan 100 orang untuk melakukan pemantauan di Bandara Los Angeles, San Fransisco, dan Bandara John F Kennedy New York.
Tahun lalu, 60 ribu pendatang dari Wuhan tiba di AS melalui tiga bandara itu.
