Kali Pertama 1.000 Pari Manta Tercatat di Taman Nasional Komodo, Ilmuwan Puji Masyarakat NTT
- Desember 2021, status pari manta terancam punah. Kini, hewan ikonik itu punya masa depan.
- Penyelam lokal di Taman Nasional Komodo sangat membantu penelitian.
JERNIH — Sejumlah ilmuwan mengatakan kali pertama lebih 1.000 pari manta tercatat di Taman Nasional Komodo, Indonesia, yang menawarkan harapan bagi masa depan spesies terancam ini.
Pencatatan dilakukan selama penelitian lima tahunan yang digelar Marine Megafauna Foundation (MMF), Universitas Murdoch Australia, dengan melibatkan penduduk lokal.
Manta karang (Mobula alfredi), yang tumbuh hingga lima meter, kini cenderung tinggal dan mencari makan di habitat pesisir yang dangkal di sekitar Taman Nasional Komodo. Mereka juga mengunjugi stasiun pembersih di terumbu karang untuk mendapatkan parasit, atau kulit mati yang diambil ikan-ikan kecil.
Pari manta hadir sepanjang tahun di Taman Nasional Komodo, menantang komodo sebagai megafauna paling dicari pengunjung. Peneliti, bersama operator selam lokal yang melayani taman nasional mendapatkan sumber foto identifikasi pari manta yang mengunjungi perairan.
Foto-foto itu dikirim ke MantaMatcher.org, database online crowdsourced untuk manta dan lainnya.
Dr Eliza Germanov, penulis penelitian dari MMF, mengatakan; “Saya kagum dengan keterbukaan komunitas penyelam lokal membantu mengumpulkan data hewan terancam punah ini.”
Pujian itu tak berlebihan. Desember 2021, status konservasi pari manta raksasa menjadi ‘terancam punah’ dalam daftar merah International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
Sejumlah ilmuwan melancarkan inisiatif penyelamatan dengan melibatkan penduduk lokal. Penduduk membantu sepenuh hati karena sadar pari mata adalah daya tarik wisata, dan masa depan Taman Nasional.
Empat Lokasi
Sebagian besar gambar yang diambil penyelam lokal berasal dari empat lokasi. Padahal, terdapat 20 lokasi pari manta yang biasa dikunjungi kapal wisata.
Dr Andrea Marshall, ilmuwan dan salah satu pendiri MMF, melihat potensi melibatkan masyarakat dalam pengumpulan data mahluk ternacam punah ini.
“Dukungan penyelam lokal membuat kami bisa mengidentifikasi lebih 1.000 individu pari manta dengan melihat 4.000 foto,” kata Dr Eliza.
Pari mantan diidentifikasi lewet pola perut mereka yang unik dan terkadang mencolok. Wisatawan menyukai pari manta, karena salah satu hewan paling ikonik di lautan kita.
Hasil penelitian menunjukan beberapa pari manta bergerak di sekitar taman nasional, dan lainnya sampai ke Nusa Penida, yang jatuhnya 270 mil. Namun secara keseluruhan pari mantan menunjukan preferensi individu untuk situs tertentu di sekitar taman nasional.
Peningkatan aktivitas berperauh, penyelaman, dan snorkeling berlebihan dapat berdampak negatif terhadap pari mantan dan habitatnya.
Tahun 2019, otoritas Taman Nasional Komodo memberlakukan batasan jumlah perahu dan orang yang mengunjungi salah satu situs pari manta terkenal.
Ande Kefi, penyelam lokal yang terlibat penelitian, mengatakan; “Peneltiian ini menunjukan tempat-tempat yang dikunjungi wisatawan melihat pari manta sangat penting bagi hewan mencari makan dan kawin.”
Jadi, katanya, Taman Nasional Komodo harus membuat langkah-langkah membatasi gangguan terhadap situs-situs pari manta. “Saya berharap penelitian ini mendorong operator pariwisata memaami perlunya pengaturan dan meningkatkan kepatuhan,” katanya.
Tim peneliti memberi rekomendasi tambahan, yaitu agar operator wisata membatasi jumlah perahu di semua lokasi agregasi pari manta, membuat kode etik untuk penyelam dan snorkeling. Sehingga dampak pariwisata terhadap masa depan pari manta menjadi minim.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua untuk wisata pari manta, dengan perkiraan nilai per tahun 12 juta pound, atau Rp 219,6 miliar.