“Meskipun gempanya berukuran sedang, namun dekat dengan permukaan … dan terletak di pedalaman, dekat dengan tempat tinggal orang,” kata Gayatri Marliyani, asisten profesor geologi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. “Energinya masih cukup besar untuk membuat guncangan signifikan yang menyebabkan kerusakan.”
JERNIH– Gempa berkekuatan 5,6 skala Richter yang terjadi Senin (21/11) lalu hingga saat ini menewaskan lebih dari 260 orang dan melukai ratusan lainnya.Korban kebanyakan tertimpa atau tertimbun bangunan yang roboh saat gempa bumi itu terjadi.
Pada Selasa (22/11), para personel penyelamatan dan relawan bencana telah menemukan dan mengambil sekian banyak korban tewas dari puing-puing reruntuhan. Namun demikian, sampai berita ini diturunkan disebutkan sejumlah orang masih dinyatakan hilang.
Berkaitan dengan parahnya kerusakan, sementara kekuatan gempa seperti itu biasanya hanya menyebabkan kerusakan ringan pada rumah dan bangunan tersebut, menurut para ahli diakibatkan karena beberapa sebab. Kedekatan dengan garis patahan, kedangkalan gempa, serta infrastruktur yang tidak memadai karena kurang dapat menahan gempa, semuanya berkontribusi terhadap kerusakan yang terjadi.
Berikut beberapa alasan mengapa gempa yang terjadi Senin lalu itu bisa menyebabkan kehancuran yang parah.
Apakah gempa bumi Cianjur tergolong gempa “kuat”?
Survei Geologi AS mengatakan gempa Senin siang di Cianjur berkekuatan 5,6 magnitudo dan melanda pada kedalaman 10 kilometer (6,2 mil).
Gempa sebesar ini biasanya tidak menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur yang dibangun dengan baik. Tetapi lembaga itu mengatakan, “Tidak ada satu skala pun yang menjamin berapa kerusakan yang akan terjadi. Itu tergantung pada variabel lain, seperti jarak dari pusat gempa, jenis tanah yang terkena, konstruksi bangunan” dan faktor banyak lainnya.
Puluhan bangunan rusak akibat gempa tersebut, termasuk pondok pesantren, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya. Jalan dan jembatan juga rusak, dan sebagian wilayah mengalami pemadaman listrik.
Jadi, mengapa gempa itu menyebabkan banyak kerusakan?
Para ahli mengatakan kedekatan dengan garis patahan, kedalaman gempa dan bangunan yang tidak dibangun dengan menggunakan metode tahan gempa menjadi faktor penting besarnya kehancuran.
“Meskipun gempanya berukuran sedang, namun dekat dengan permukaan … dan terletak di pedalaman, dekat dengan tempat tinggal orang,” kata Gayatri Marliyani, asisten profesor geologi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. “Energinya masih cukup besar untuk membuat guncangan signifikan yang menyebabkan kerusakan.”
Daerah yang paling parah terkena dampak, menurut Marliyani, diketahui dekat dengan beberapa patahan. Sesar adalah tempat patahan yang cukup lama pada batuan yang membentuk permukaan bumi. Ketika gempa bumi terjadi pada salah satu patahan ini, batu di salah satu sisi patahan akan bergeser terhadap yang lain.
“Daerah itu mungkin memiliki sesar pedalaman paling banyak dibandingkan dengan bagian lain di Jawa,” kata Marliyani.
Dia menambahkan bahwa sementara beberapa sesar terkenal ada di daerah itu, ada banyak sesar aktif lainnya yang belum dipelajari dengan baik.
Banyak rumah dan gedung di kawasan itu juga tidak dibangun dengan desain tahan gempa, yang selanjutnya berkontribusi pada kerusakan, kata Danny Hilman Natawidjaja, pakar geologi gempa di Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Ini membuat gempa dengan ukuran dan kedalaman ini bahkan lebih merusak,” kata Danny.
Apakah gempa bumi adalah hal biasa di Indonesia?
Indonesia, negara berpenduduk lebih dari 270 juta orang, ini memang sering dilanda gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami karena letaknya di busur gunung berapi dan garis patahan di Cekungan Pasifik yang dikenal sebagai “Cincin Api” (ring of fire). Daerah ini membentang sekitar 40.000 kilometer (25.000 mil) dan merupakan tempat sebagian besar gempa bumi di dunia terjadi.
Banyak gempa bumi di Indonesia tergolong kecil dan tidak menimbulkan kerusakan sama sekali. Tetapi ada juga gempa bumi yang mematikan.
Pada Februari lalu, gempa berkekuatan 6,2 SR menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai lebih dari 460 di Provinsi Sumatera Barat. Pada Januari 2021, gempa berkekuatan 6,2 SR menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai hampir 6.500 orang di Provinsi Sulawesi Barat.
Gempa dan tsunami Samudra Indonesia yang dahsyat pada tahun 2004 menewaskan 230.000 orang di belasan negara, sebagian besar di Indonesia. [Associated Press]