Kesaksian Mantan Prajurit IDF: Jaring Laba-laba Terowongan Hamas Menakutkan Israel
- Ariel Bernstein, mantan prajurit Israel, mengatakan terowongan Hamas memiliki efek membingungkan dan tidak nyata.
- Menhan Israel Yoav Gallant mengatakan serangan darat akan sangat sulit dan memakan waktu lama.
JERNIH — Israel melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza tanpa deklarasi. Sepanjang Senin 30 Oktober, menurut situs Al Manar TV, tentara Israel memasuki Gaza pagi hari dan memotong Salahudin Road, jalan utama di permukiman Palestina itu.
Rekaman video memperlihatkan tank Israel muncul di area terbuka. Beberapa saat setelah video itu beredar, Brigade al-Qassam menyergap dua kendaraan lapis baja Israel di Zeitoun, menghantam keduanya dengan peledak Yasmin-105.
Brigade Al Quds mengumumkan pejuangnya terlibat pertempuran sengit tak jauh dari lokasi penyergapan. Media pemerintah Hamas di Gaza membantah tegas klaim Israel, yang mengatakan pasukannya mengalami kemajuan di medan tempur Gaza.
“Prajurit Israel tak beranjak sedikit pun ke dalam Gaza,” demikian pernyataan Hamas.
Israel relatif hanya melanjutkan strategi usang, yaitu pemboman berkelanjutan ke wilayah Beit Lahia, Al-Atatera, serta lingkungan Zeitoun dan Shujaiya.
Jaring Laba-laba Terowongan
John Spencer, pensiunan mayor Angkatan Darat AS dan ketua Studi Perang Kota di Modern Wars Institute di West Point, mengatakan prajurit Israel yang memasuki Gaza tak ubahnya orang yang berjalan sendirian seraya menunggu lawan menembaknya entah dari mana.
Prajurit Hamas yang mempertahankan Gaza, kata Spencer, memiliki waktu untuk berpikir ke mana akan pergi dan bertempur. Ada jutaan lokasi tersembunyi yang bisa mereka masuki. Pasukan Israel tak dapat melihat mereka, tapi mereka dapat melihat pasukan Yahudi.
Sabtu 28 Oktober Israel mengatakan pesawat tempurnya menyerang 150 sasaran bawah tanah hamas di utara Gaza. Militer Israel menggambarkannya sebagai terowongan, ruang tempur, dan infrastruktur bawah tanah lainnya.
Serangan itu yang paling signifikan yang pernah dilakukan Israel dalam operasi darat di Gaza. Namun, ketika prajurit Israel masuk mereka menghadapi perlawanan di jalan-jalan. Artinya, serangan ke terowongan itu tidak berdampak apa pun bagi Hamas.
Perang Terowongan: Dari Romawi Sampai Gaza
Perang terowongan adalah bagian sejarah militer. Entah sejak kapan penggunaan terowongan kali pertama, dan siapa penggagasnya. Yang pasti, perang terowongan dimulai sejak pengepungan Romawi kuno terhadap kota Ambracia di Yunani.
Terakhir, Ukraina menahan pasukan Rusia di terowongan era Soviet sepanjang 24 kilometer di bawah Pabrik Baja Azovstal Muriopol selama 80 hari pada tahun 2022.
Pertempuran terowongan adalah yang paling sulit. Musuh yang gigih dapat memilih di mana pertarungan akan dimulai, dan sering menentukan bagaimana pertarungan berakhir, karena banyaknya peluang melakukan penyergapan.
Di Jalur Gaza, Israel menyebut sistem terowongan Hamas dengan nama ‘Metro’. Ketika Israel dan Mesir memblokade Gaza, setelah Hamas berkuasa tahun 2007, kelompok militan memperluas pembangunan jaringan terowongan untuk menyelundupkan senjata dari Mesir.
Mesir menutup sebagian besar terowongan lintas batas itu, tapi Hamas membangun jaringan bawah tanah lainnya yang lebih besar dan membentang di sekujur bawah Gaza. Dari sini, Hamas menggerakan logistik, pasukan, dan lainnya, tanpa terlihat pesasat tempur Israel.
Yehiyeh Sinwar, pemimpin politik Hamas, tahun 2021 mengklaim kelompok militer memiliki terowongan sepanjang 500 kilometer. Padahal, jalur Gaza hanya seluas 140 kilometer persegi, kira-kira dua kali luas Washington DC. Jadi, terowongan Hamas berbentuk jaring laba-laba.
Kesaksian Serdadu Israel
Israel kali pertama tahu Hamas membangun terowongan tahun 2001, ketika meledakan pos perbatasan. Saat itu, prajurit Israel di pos perbatasan tidak tahu ada terowongan di bawah kaki mereka, dan Hamas meletakan bahan peledak.
Tahun 2004, Israel menugaskan detasemen Samur, kata dalam Bahasa Ibrani yang berarti musang, untuk mencari dan menghancurkan terowongan. Terkadang mereka menggunakan robot yang dikendalikan dari jauh.
Prajurit yang menemukan terowongan akan mencoba masuk dengan membawa oksigen, masker, dan perlengkapan lain. Israel juga melakukan pengeboman dari udara untuk menghancurkan terowongan, tapi tidak bisa melemahkan Hamas.
Selama perang 2014, militan Hamas membunuh 11 tentara Israel yang menyusup ke dalam terowongan. Dalam insiden lain, perwira Israel Letnan Hadar Goldin diseret ke dalam terowongan dan dibunuh. Hamas menahan jenazah Goldin.
Ariel Bernstein, mantan tentara Israel yang bertempur tahun 2014, menggambarkan pertempuran perkotaan di Gaza utara sebagai gabungan antara penyergapan, jebakan, tempat persembunyian, dan sniper.
Menurut Bernstein, terowongan Hamas memiliki efek membingungkan dan tidak nyata, menciptakan titik buta ketika prajurit Palestina muncul entah dari mana dan menyerang.
“Saat itu saya seperti melawan hantu,” kenang Bernstein. “Kalian tidak akan melihat mereka.”
Tidak berlebihan jika Menhan Israel Yoav Gallant, Jumat pekan lalu mengatakan serangan darat akan sangat sulit dan memakan waktu lama untuk membongkar seluruh terowongan Hamas yang luas.
Sebagai bagian strategi, Israel memblokir pengiriman bahan bakar ke Gaza. Gallant yakin Hamas butuh bahan bakar untuk memompa udara ke jaringan terowongan. “Untuk udara, mereka butuh bahan bakar. Kita putus pengiriman bahan bakar,” katanya.
Yocheved Lifshitz, sandera yang dibebaskan Hamas, membenarkan perkiraan tentang jaring laba-laba terowongan di bawah Gaza. Israel mungkin memperoleh informasi penting dari sandera yang dibebaskan. Namun, menurut Soufan Center — wadah pemikir keamanan di New York — Israel butuh waktu lama untuk memetakan, mengidentifikasi potensi jebakan, dan menugaskan robot menyusuri terowongan Hamas.
Klaustrofobik yang Menakutkan
Potensi pertempuran yang dihadapi Israel di Gaza bersifat klaustrofobik dan menakutkan. Daphne Richemond-Barat, profesor di Universitas Reichman Israel, mengingatkan keunggulan teknologi Israel akan runtuh saat melandeni Hamas dalam pertempuran terowongan. Militen Hamas akan bisa memperlihatkan keunggulannya.
“Ketika Anda memasuki terowongan yang sempit, gelap, dan lembab, Anda akan cepat kehilangan kesadaran akan ruang dan waktu,” kata Richemond-Barak kepada The Associated Press.
“Di dalam terowongan, Anda akan dihantui pikiran apakah ini jebakan, penyergapan, atau lainnya. Tidak ada yang bisa menyelamatkan Anda karena tidak dapat berkomunikasi dengan dunia luar,” lanjutnya.
Jadi, yang bisa dilakukan Israel adalah menghancurkan terowongan dengan pemboman dari atas. Namun, AS pernah melakukannya di Vietnam dan gagal.