- Indonesia menunggak pembayaran iuran 500,3 miliar won, atau Rp 6,3 triliun, per April.
- Proyek KF-X menelan biaya 8,7 triliun won, atau Rp 109,5 triliun, dan Indonesia menanggung 20 persen.
- Proyek ini akan memberi kesempatan Indonesia membangun jet tempur sendiri.
Seoul — Pejabat Korea Selatan, Selasa 22 September 2020, terbang ke Jakarta untuk menagih biaya pengembangan bersama jet tempur KF-X yang harus dibayarkan Indonesia.
Korea Herald melaporkan pejabat yang akan tiba di Jakarta terdiri dari 10 petinggi Industri Dirgantara Korea dan Badan Program Akuisisi Pertahanan (DAPA). Mereka akan berunding ulang dengan pejabat Indonesia pada Rabu dan Kamis, mengenai kesanggupan Indonesia membayar biaya pengembangan proyek KF-X.
KF-X adalah proyek pembangunan pesawat tempur generasi baru yang membutuhkan 8,7 triliun won, atau Rp 109,5 triliun. Indonesia menanggung 20 persen dari seluruh biaya itu, atau 1,7 triliun won, atau Rp 21,6 triliun.
Indonesia menunda pembayaran, dengan tunggakan 500,3 miliar won, atau Rp 6,4 triliun, per April 2020.
Sambil menahan pembayaran, Indonesia dikabarkan masih mencari transfer teknologi dari KAI — pengembang pesawat tempur KF-X.
“Pejabat Indonesia meminta DAPA merahasiakan perundingan ulang,” kata seorang pejabat DAPA. “Hanya satuan tugas Korsel di lapangan yang tahu teknologi mana yang diminta Indonesia untuk ditransfer.”
Bulan ini, Indonesia menyatakan memangkas tarif bagi hasil menjadi 18,8 persen dalam renegosiasi terakhir, meski targetnya 15 persen.