Malu Jadi Negeri Pedagang Budak di Masa Lalu, Raja Belanda Hentikan Tradisi Naik Kereta Emas
- Satu sisi kereta emas itu dipenuhi gambar-gambar budak kulit hitam dan Asia sedang berlutut.
- Kereta emas itu dibuat dari keuntungan perdagangan budak yang melibatkan keluarga kerajaan.
JERNIH — Raja Belanda Willem Alexander mengumumkan dia dan bangsawan lainnya akan berhenti menggunakan De Gouden Koets, atau kereta emas kerajaan, menyusul kritik terhadap gambar budak di kereta itu.
Kereta diperbaiki tahun 2015 dan 2021. Biasanya, kereta digunakan untuk acara seremonial. Salah satunya pembukaan parlemen.
Satu sisi De Gouden Koets dipenuhi gambar-gambar dari masa lalu. Ada gambar budak kulit hitam Afrika dan budak Asia berlutut, menawarkan berbagai barang; seperti kakao, kepada wanita muda kulit putih yang diyakini mewakili negar Belanda.
Salah satu gambar memperlihatkan pria kulit putih menawarkan buku kepada seorang budak laki-laki, yang ditafsirkan oleh pelukis tahun 1896 sebagai penggambaran hadiah peradaban Belanda kepada koloni-koloni yang dikuasai.
Raja Wlllem Alexander mengatakan setuju dengan argumen beberapa orang Belanda bahwa gambar-gambar itu dapat melukai perasaan orang, dan tidak boleh diperlihatkan. Namun ia menentang gagasan membatalkan masa lalu, dan menilai sejarah dengan sudut pandang nilai-nilai modern.
“Tidak ada gunanya mengutuk dan mendiskualifikasi apa yang telah terjadi melalui lensa zaman kita,” katanya. “Melarang obyek dan simbol sejarah juga bukan solusi.”
Kerajaan Belanda menekankan bahwa negara tidak boleh terpecah oleh masa lalu, tapi bersatu mengadapi tantangan yang dihadirkan oleh sejarah penjajahan.
Partisipasi Belanda dalam perdagangan budak dan sejarah kolonialnya mendorong banyak warganya agar keluarga kerajaan secara terbuka mencela masa lalu dan mengutuk kebijakannya.
Seruan ini menyebabkan perpecahan setelah PM Mark Rutte menolak mengikuti jejak walikota Amsterdam Femke Halsema meminta maaf atas keterlibatan kota itu dalam perdagangan budak di masa lalu.