Moldova Mohon Keanggotaan Uni Eropa, Putin Bisa Makin Marah Nich
- Georgia juga akan mengajukan permohohan keanggotaan Uni Eropa tahun 2024.
- Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian khawatir kemungkinan serangan militer Rusia ke dua negara itu.
JERNIH — Sepekan setelah rusia menginvasi Ukraina, Moldova — salah satu negara pecahan Uni Soviet — secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan Uni Eropa.
“Kami ingin hidup damai, sejahtera, dan menjadi bagian dunia yang bebas,” kata Presiden Moldova Maia Sandu dalam pernyataan Kamis 3 Maret. “Beberapa keputusan membutuhkan waktu, yang lain harus dibuat dengan cepat dan tegas, dan memanfaatkan peluang di tengah dunia yang terus berubah.”
Pengumuman permohonan Moldova menjadi anggota Uni Eropa muncul setelah Parlemen Eropa menyatakan dukungan atas langkah serupa yang dilakukan Ukraina.
BACA JUGA:
Permohonan Moldova menjadi anggoata Uni Eropa ditandantangani presiden, perdana menteri, dan ketua parlemen, di tengah persaingan antara politisi pro-Uni Eropa dan pro-Rusia.
Seperti Ukraina dan negara-negara pecahan Uni Soviet, Moldova disibukan persaingan dua kubu politisi; pro-Uni Eropa dan pro-Rusia, sejak kali pertama mendeklarasikan kemerdekaan.
Di setiap negara eks-Uni Soviet, terdapat pemukim Rusia. Mereka, sejak Uni Soviet bubar, menjaga kepentingan Moskwa. Dalam kasus Georgia dan Ukraina, pemukim Rusia siap dipersenjatai dan perang membela kepentingan Moskwa.
Hari Membanggakan
Menlu Moldova Nicu Popescu memuji pengumuman permohonan menjadi anggota Uni Eropa sebagai hari yang akan dibanggakan generasi mendatang.
“Ini adalah hari bagi Moldova berlabuh secara permanen di ruang Eropa,” katanya.
Moldova adalah salah satu negara termikiskin di Eropa, dengan penghasilan per-capita di bawah dua dolar AS. Tahun 2014, Moldova menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni ERopa, yang bertujuan menyelaraskan standar polidik dan ekonomi serikat pekerja. Namun, Moldova belum mendapat jaminan keanggotaan.
Tahun lalu, Georgia mengumumkan niat mengajukan keanggotaan Uni Eropa tahun 2024. Menurut PM Georgia Irakli Garibashvili, sejarah telah menggap pilihan Eropa adalah tujuan strategis.
Kini, Barat mengkhawatirkan nasib Moldova dan Georgia seperti Ukraina. Georgia pernah mengalaminya ketika pemberontak South Ossetia, dibantu Rusia, menghancurkannya selama lima hari tahun 2008.
Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan; “Prancis khaawatir tentang kemungkinan sernagan militer Rusia ke negara-negara eks Uni Soviet yang berkiblat ke Uni Eropa.
Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan; “Kami mendukung Moldova dan Georgia mempertahankan kedaulatan dan keamanan mereka.”
Apakah keduanya benar-benar akan diterima Uni Eropa? Belum tentu. Sebab semua anggota Uni Eropa memiliki hak veto atas penambahan baru.